Bedak Padat Make Over Perfect Cover Lama Vs Make Over Powerstay Baru, Di Kulit Kering

12 comments
Make Over Perfect Cover TWC Vs Make Over Powerstay Powder Foundation

Bedak Make Over Perfect Cover Two Way Cake itu udah lamaaa banget selalu nangkring di Racun Warna Warni favorit makeup setiap tahunnya, dan nggak turun-turun tahta karena belum ada pengganti. Bedak ini tuh udah ho'oh banget wis pokoknya. Bedak dengan formula yang semua orang pasti suka. Warnanya yang 08 Honey pas banget di kulit saya, teksturnya creamy tapi nggak ndemblok, coverage lumayan untuk ukuran bedak, harga masuk akal, gampang dibeli dimana-mana, kemasan kokoh, nggak oxidise, nggak mempertegas dry patch area, tahan lama, dan cakey-cakey dikit lah kalau udah lama dipakai tapi ya nggak papa kesempurnaan hanya milik mas Nicsap.

Nah, baru-baru ini kan Make Over ngeluarin bedak padat yang baru tuh, yaitu Make Over Powerstay Matte Powder Foundation. Saya jadi tergoda. Saya tau sih, kulit saya itu kering. Jadi 80% pasti nggak bakalan cocok karena Make Over baru ini klaimnya matte. Tapi ya gandeng saya koplo, saya tetep nyobain. Dan yaudah kita perbandingkan saja ya dengan yang lama.

Bagaimana kira-kira performa kedua bedak ini di kulit kering saya?


Kemasan

Bedak Make Over Lama Vs Baru

Mohon maaf untuk kemasan, punya saya yang lama cuma reffil. Kenapa? Ya karena saya koplo wkwk. Niat hati pengen ngirit, trus pengen kemasan lebih kecil kan biar lebih enak dibawa-bawa (saya nggak pernah pakai kaca bawaan bedak Make Over yang cuma segede rasa cintanya untukmu itu). Tapi ternyata ada alesannya kenapa kemasan ini diperuntukkan untuk reffil aja. Karena ringkih, beb. Bedak saya baru beberapa hari dibawa di tas udah pecah dan rombeng begitu. Alhasil saya nggak berani bawa-bawa lagi. Takut marai reged pouch

Tapi saya akan lampirkan foto kemasan bedak yang lama dari internet:

Kemasan Make Over Perfect Cover TWC
Kemasan bedak Make Over lama

Ukutan kemasannya sama. Bentukannya sama. Bahkan puff-nya menurut saya sama persis, yang mana kualitasnya bagus. Mohon maaf puff tidak saya foto karena punya saya bentukannya udah bosok.

Cuma secara desain, saya lebih suka Make Over Powerstay karena permukaannya dove dan lebih terlihat "mahal" begitu lho! Ala-ala bedak MAC getooo. Tau kan? Nggak tau ya udah saya males jelasin wkwk. Kalau yang lama itu kempling dan maap-maap agak-agak ada kesan murah. Ya walau memang murah. Tapi kan nggak mau kalau kelihatan murah. 

Terus kapan hari ada yang tanya di instagram @racunwarnawarni, apakah reffil bedak Make Over lama bisa diisikan ke yang baru? Melihat sekilas ukurannya sih bisa ya. Tapi kurang tahu juga, tidak saya coba. Sebagai seorang...ehm...blogger, saya nggak mau pakai barang yang isi dan wadahnya beda. Takut menyesatkan kolower kalau pas sutorial begitu lho. Masa tiap sutorial harus ngasih keterangan: "ini bedaknya isinya beda ya kemasannya doang yang anu." Kan capek. Iya kalau dibaca. Wong bikin sutorial udah nulis produk-produknya apa di caption aja masih tetep ada yang komen, "Kaakkk lipstiknya apa, kakkkk!!"

Princess tu bisa lelah juga kadang-kadang menghadapi generasi malas baca :(.


Tekstur

Tekstur Bedak Padat Make Over

Pas dicolek pakai jari, teksturnya sama-sama lembut dan creamy. Cuma dengan tekanan yang sama, Make Over Perfect Cover Lama lebih banyak keambilnya. Sebenernya ini bisa langsung disimpulkan sih:
  • Versi lama akan lebih bagus coverage-nya
  • Versi lama akan lebih gampang cakey
Tapi jangan nge-judge sebelum dicoba di muka ya. Ini baru asumsi awal. Tetap lanjutkan baca!

Kalau dicolek pakai kuas, produk yang keambil terlihat sama banyaknya. Powder yang berterbangan alias bledukennya juga sama aja antara yang lama dengan yang baru.


Shade

Swatch Bedak Makeover Honey Vs Honey Beige

Untuk bedak versi lama saya pakai shade 08 Honey dan itu pas beud di kulit saya yang light medium agak koneng dikit ini. Bener-bener pas sampek saya males gonta-ganti bedak lagi karena susah cari warna yang se-pas ini. Nah, di bedak baru ini, saya dipilihin W33 Honey Beige sama mbak-mbak Make Over-nya, merujuk dari shade bedak lama saya.

Kalau dilihat di pan, bedak lama saya kelihatan lebih gelap. Tapi setelah di-swatch ternyata bedak baru lebih gelap. Pas dipakai juga gitu, di kulit wajah kelihatan lebih gelap dari yang lama. Masih masuk sih di kulit saya nggak yang jomplang. Tapi bedak yang lama warnanya terlihat lebih bright dan hidup gitu lho, sementara yang baru ini warnanya off, agak kusem.


Formula

Untuk coverage-nya, sudah bisa ditebak yang lama lebih bagus sedikit. Nggak terlalu kelihatan kok, cuma kalau disandingkan, akan kelihatan bedak yang lama lebih nutupin dark circle saya. Terus yang lama juga lebih ada efek bluring pori-pori. 

Nah, yang ini mind blowing sih. Walau bedak yang lama lebih creamy dan yang baru lebih keras dan klaimnya matte, tapi di kulit saya, bedak yang lama lebih stay di kulit dan lebih nahan minyak. Kulit saya jenisnya kering, tapi kan ya keluar minyak juga dikit lama-lama ya, mas Bambang. Karena saya mahluk hidup dan usia saya belum terlalu uzur. Jadi setelah dipakai seharian, si bedak yang baru lebih cakey dan muka saya juga lebih minyakan.

Oh iya, di kulit saya dia agak oxidise. Jadi lama-lama kulit saya kelihatan makin gelap dan kusem dan minyakan, dikit sih. Nggak tau deh.

Arum Bare Face
Bare face

FOTD Dengan Bedak Padat Make Over
Kiri: bedak Make Over lama || Kanan: bedak Make Over baru

Saya icik-iciknya pengen ngasih perbedaan dalam sebuah foto, saya pakai setengah-setengah wajah begitu lho! Lha kok ternyata nggak kelihatan bedanya di kamera. Padahal kamera saya mahal. Kzl deh.


Kesimpulan

Dengan segala perbandingan yang saya tuliskan di atas, tentu saya lebih memilih Makeover Perfect Cover Two Way Cake dibanding Makeover Powerstay Powder Foundation. Saya lebih suka yang lama dibanding yang baru. Kalau ada dukun pasti saya dibilang susah move on.

Tapi TOLONG DIGARIS BAWAHI DENGAN KENCENG, ini adalah percobaan di kulit saya yang kering. Untuk jenis kulit lain mungkin hasilnya akan beda lagi. Mungkin saya nggak cocok sama Powerstay karena memang itu bukan didesain untuk jenis kulit saya. Dan Powerstay ini juga nggak yang huelik se-huelik raine mantanmu begitu yaaa. Cuma kalau dibanding yang Perfect Cover saya lebih suka Perfect Cover. Saya tetep habiskan kok yang sudah saya beli, cuma nggak repurchase kelak. Dah sih. Gitu aja.


Harganya

Makeover Perfect Cover Two Way Cake : Rp 157 000/ 12 gr
Makeover Powerstay Powder Foundation : Rp 188 000/ 12 gr

Review Pond's Cleansing Balm

5 comments
Pond's Cleansing Balm Indonesia Review

Saya itu orangnya paling susah diajakin up to date. Soalnya saya perlu waktu lama sebelum bisa menyimpulkan saya suka atau enggak sama suatu produk. Jadi produk baru udah terbit review-nya dimana-mana, saya masih berusaha menelaah perasaan saya. Sedih lah.

Saya juga baru berhasil menyimpulkan sesuatu pas saya udah ngabisin segendul Pond's Cleansing Balm ini. Itupun saya selingin saya The Body Shop Camomile Cleansing Butter ya, karena saya pengen bandingin dia juga sama produk sejenis. 

FYI dulu nih, saya agak-agak nyesel njanjeni review produk ini ke kolower instagram saya (@racunwarnawarni), soale menurut saya dia nggak segitunya spesial. Tapi ya sudah janji sudah terlanjur terucap. Sayatu takut dimarahin maka mari kita review.


Kandungan


Ngomongin skincare, maka wajib ngomongin ingredient dulu ya. Produk ini bebas dari paraben, alkohol, sulfat, dan silikon. Ada beberapa bahan yang bagus banget untuk melembapkan kulit seperti Shea Butter, Cocoa Seed Butter, Sweet Almond Oil, Castor Oil, Apricot Oil, Rose Water, dan juga Tocopherol atau Vitamin E. Namun juga banyak bahan yang berpotensi menyebapkan komedo.

Tapi sejauh yang saya tahu ya, karena ini adalah cleanser, jadi nggak akan terlalu berefek seperti menyumbat pori. Karena toh dia bisa di-emulsify dan nggak lama-lama juga menempel di kulit wajah. Malahan beberapa bahan yang rich akan mengurangi efek kulit kering dan ketarik seperti yang biasa kita temui pada cleanser (( murahan )). Jadi bikin enak gitu lho. Bersihin muka tapi nggak bikin kulit kering. Untuk surfactant dia menggunakan PEG-20 Glyceryl Triisostearate, yang merupakan surfaktan yang efektif namun mild di kulit.

Cleansing balm memang digadang-gadang sebagai produk yang lebih dry skin friendly dibandingkan dengan cleansing oil. Dan cleansing balm juga konon katanya lebih efektif bersihin makeup dibandingkan cleansing milk dan cleasing oil. Untuk dry skin friendly saya setuju, soalnya ini rasanya di kulit lebih nyaman daripada Biore Cleansing Oil. Tapi kalau soal keefektifan hapus makeup, menurut saya sama kok.

Kecuali aromanya yang mayan kuat, saya nggak ada masalah dengan ingredient-nya. Eh sama aromanya saya juga nggak masalah sih. Cuma mungkin lebih oke bila tanpa aroma saja.


Cara Pakai 


Produk ini dipakai sebagai first cleanser. Jadi pakai ini dulu sebelum pakai sabun muka. Pemakaiannya seperti pemakaian cleansing balm pada umumnya ya. Begini:
  1. Dulitkan produk secukupnya pada wajah yang akan dibersihkan
  2. Pijat-pijatkan produk agar merata keseluruh wajah dan makeup melt bersama produknya
  3. Percikkan sedikit air, lalu teruskan pijat-pijat produk merata ke seluruh wajah
  4. Bilas dengan air. Lalu lanjutkan dengan pemakaian second cleanser atau sabun muka.
Selengkapnya tentang step skincare, silahkan cek postingan saya mengenai Basic Skincare CTMP.



Kemasan


Saya nggak pernah suka skincare apapun dalam packaging jar karena saya kemproh. Jadi ya, to the poin aja sih saya nggak suka packaging-nya. Saya sendiri belum pernah nyobain cleansing balm dalam kemasan lain selain jar begini. Tapi saya berharap, suatu saat ada yang mau memroduksi cleansing balm dalam kemasan squeeze tube, misalnya.

Kemasannya tidak dilengkapi spatula, jadi kotor deh kena-kena sisa makeup. Karena buat sekali pemakaian kan memang harus berkali-kali culek untuk didulitkan ke pipi seblah sini dan jidat sebelah sono. Sementara sifat produk ini adalah melelehkan makeup. Sehati-hatinya kita dalam mendulit, pasti tetep ada makeup di wajah yang kadung melt dan keikutan di jari lalu kita masukin jari lagi dah ke jar. Ugh...adek jyjy, mz~


Tekstur


Teksturnya nggak konsisten. Punya saya ini, bagian atasnya keras seperti ada lapisan kerak tipis, tapi makin kebawah makin encer dan oily. Pas saya tanyakan ke @ca2ca2 dan @andiani91, ternyata punya mereka keras dari atas sampai bawah. Bahkan teh Reiny mengeluhkan soal kekerasannya ini. Ah si teteh mah, nggak suka yang keras-keras uwuwuwu~. Tapi karena punya saya (( KERAS DI AWAL DOANG )), jadi ya saya nggak banyak sambat.

Pas dioles ke kulit, dia langsung meleleh jadi minyak dan bikin makeup yang nempel ikutan leleh. Ada sedikit sensasi gritty atau berpasir, saat produk dioleskan ke kulit. Tapi nggak sakit dan nggak melukai babar blas. Cuma samar-samar sensasi gerenjel gitu loh.

Produk ini gampang di-emulsify. Jadi dipijat pakai air langsung leleh semua, dan pas dibilas langsung bersih, nggak meninggalkan sensasi licin, dan nggak bikin kulit kering. Biore masih lebih kering daripada ini.


Tes Performa

Pond's Cleansing Balm Performa

Bisa dilihat, produk ini mampu membersihkan makeup waterproof sekalipun dengan cukup efektif. Untuk beberapa produk yang bandel dan sifatnya nge-staint atau meresap pada kulit (emina cheeklit cream blush contohnya), tentu masih akan tersisa sedikit warna. Karena memang produknya itu nggak cuma stay di permukaan kulit menurut saya ya. Kalau pas full makeup banget begitu, memang perlu dua kali pemakaian agar lebih efektif.

Tapi swatch di tangan dan di muka tentu beda. Karena muka lebih banyak lekukannya dan juga pasti kita nggak berani menekan sekeras kalau pakai tangan.


Nah, ini saya membersihkan full makeup di muka dengan Pond's Cleansing Balm, setelahnya saya coba tes swipe dengan micellar water lagi. Hasilnya, di area mata, masih ada sisa eyeliner dan maskara, sedangkan di area bibir masih ada sisa matte lip cream. Ini wajar mengingat saya pakai eyeliner dengan style tightlining, dan juga bibir saya banyak sekali lipatan-lipatannya alias (( keriputan )). Tapi untuk complexion bersih sih sih!

Saran saya sih kalau untuk mata dan bibir, harus pakai eye and lip makeup remover terpisah. Apapun jenis cleanser-mu, kalau kamu tipe yang pakai eye makeup dan lipstik, ya harus sedia produk khusus untuk bersihin dua area sensitif dan reged tersebut.



Harga

Produk ini dibandrol dengan harga Rp.95.000/ 44 ml. Entah kenapa pada bilang murah, karena ini nggak murah ya. The Body Shop Camomile Cleansing Butter harganya Rp.199.000/ 90 ml. Sebenernya harganya setara aja kok.

Malahan Pond's lebih boros, karena punya saya ini kan oily ya makin ke bawah, jadi pakainya memang harus agak banyakan. Kalau The Body Shop ini teksturnya padet dan lebih irit gitu lho. Untuk Pond's, kalau kamu tipe makeup-an tiap hari, nggak nyampe tiga minggu paling udah abis produknya.

Tapi mungkin dibilang murah karena produk ini sering banget diskon di marketplace.


Kesimpulan

Produk ini bagus kok. Kandungannya, teksturnya, performanya yang efektif bersihin makeup tanpa bikin kulit kering, nggak ada yang bisa dikeluhkan. Paling yang saya keluhkan hanya harga (dilihat dari isi dan borosnya juga ya), karena ini Pond's saya berharap dia lebih terjangkau sebenernya.

Dan juga, kalau dibandingkan dengan The Body Shop yang harganya sepadan, tekstur dan aroma TBS ini lebih enak. Jadi kecuali dia diskon, saya mungkin nggak akan repurchase lagi.

Review Film Perempuan Tanah Jahanam (2019)

8 comments
Review Film Perempuan Tanah Jahanam

Hanya berselang 2 minggu setelah film terakhirnya, Joko Anwar kembali merilis film terbarunya berjudul Perempuan Tanah Jahanam. 

Sebagai seorang sutradara, penulis skenario dan produser film, Joko Anwar telah berhasil memikat para penonton dengan film-film yang telah ia produksi. Hal ini menyebabkan, para penontonnya sangat percaya dengan karya-karya yang dibuat dan mengamini apapun yang dibuat Joko Anwar mampu meninggalkan kesan baik setelah lampu bioskop kembali menyala. Karena film ini masih sangat panas, saya tidak akan membagikan plot ceritanya dengan detil. Ulasan ini akan menjadi alat bantu penonton sebelum para kaum anti spoiler melangkahkan kaki ke dalam studio.

Sebagai penonton awam, saya tidak akan membahas tentang teori-teori konspirasi tentang film-film yang dibuat oleh Joko Anwar, maupun gimmick marketing yang dilakukan dalam rangka promosi film ini. Perempuan Tanah Jahanam memiliki napas yang sama dengan Pengabdi Setan, keduanya memadukan kebudayaan dan ilmu hitam menjadi tema utama. Sebagai orang yang tidak tahan dengan genre film thriller, pembukaan film ini cukup membuat saya stres. Di mana tokoh utamanya, Maya (Tara Basro), dikejar oleh pria tidak dikenal di tempat yang sepi, kemudian kakinya dibacok pedang.

Digadang-gadang sebagai film horor, film ini tidak menampakkan karakter hantu hingga di pertengahan cerita. Suasana horor justru dibangun dengan latar belakang tempat pasar yang sepi, bus remang-remang, dan juga desa yang terpencil. Selain itu, tokoh-tokoh yang berinteraksi dengan Maya dan Dini (Marissa Anita) dibuat semisterius mungkin sehingga penonton harus menebak-nebak jalan cerita yang sebenarnya terjadi.

Dalam penyusunan alur cerita, sebenarnya premis yang disuguhkan cukup rapi. Penokohan Maya sebagai masyarakat kelas pekerja dan berada dalam kondisi ekonomi minim membuat penonton bisa relate dengan kondisi kehidupannya. Kemudian, penulis menjadikan Maya sebagai masyarakat kelas proletar untuk memberikan alasan yang kuat kedua tokoh utama melakukan investigasi ke desa terpencil yang menjadi sumber masalah dan inti dari cerita ini, sehingga susunan ceritanya mudah dipahami.

Roda-roda karma berjalan sesuai dengan fungsinya dan sebagaimana mestinya. Kesengsaraan akibat akumulasi karma bisa ditemukan dengan mudah. Semua orang yang melakukan dosa, sekecil apapun, akan dibalas dengan adil. Dimulai dari masyarakat Desa Harjosari yang mendapatkan kutuk, supir andong yang mengantar Maya dan Dini, kedua orang tua Maya yaitu Ki Donowongso dan Nyai Shinta, kemudian Nyi Misni, Ki Saptadi, dan bahkan tiga hantu anak kecil yang menjadi kunci jawaban dari misteri yang terjadi. 

Sebagai tokoh sentral, masing-masing dari Maya dan Dini mendapatkan karma sebagai tanggung jawab pribadi mereka terhadap kesalahan yang mereka lakukan. Kesengsaraan Maya selama hidupnya adalah buah dari ketidaktahuannya terhadap dosa orangtuanya. Maya menjalani hidup sendiri dan serba kekurangan sebagai pesakitan, dikarenakan dia hidup di atas kematian tiga anak kecil yang tidak wajar. Sedangkan hukuman yang diterima Dini terjadi karena motif ekonomi. Keserakahan mengantarnya langsung kepada kematian yang bukan miliknya.

Review Film Dewasa

Namun, upaya untuk menutup cerita ini terkesan sangat buru-buru, karena di tengah cerita penonton disuapi oleh fakta-fakta yang sebenarnya bisa diberikan dalam bentuk petunjuk-petunjuk kecil. Sehingga, ketegangan yang telah dibangun di awal cerita seketika runtuh dengan misteri yang terkuak dengan mudah.

Satu lagi, yang membuat saya agak terganggu adalah pemakaian Bahasa Jawa yang cukup asing bagi seorang Jogja pure blood. Banyak kalimat dialog yang cukup menggelitik telinga saya. Selain itu, masing-masing tokoh seperti menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang berbeda-beda. Bagaimana bisa masyarakat yang hidup di desa yang sama, namun logatnya beragam rupa.

Perlu diakui, teknik penggarapan film ini hampir tanpa cela. Aktor-aktor yang bermain di dalamnya, baik artis senior maupun pemeran pendukung, bisa dibilang, aktingnya sungguh sempurna untuk membangun kepercayaan penonton dalam menikmati jalan cerita. Kemudian yang perlu disorot adalah penggunaan audio berfrekuensi rendah dalam adegan-adegan teror, yang berfungsi untuk menyugesti para penonton. Maka, ketika adegan tersebut terjadi, penonton dibuat untuk merasa gelisah dan ketakutan.

Jika kalian ingin menonton film ini, ingatlah baik-baik, film ini bukan benar-benar film horor. Di dalamnya terdapat banyak adegan kekerasan,menampilkan luka berdarah-darah dengan plot yang sangat disturbing. Sesuai dengan tagline yang diberikan, jangan coba-coba nonton sendiri!

Review Skincare Lokal Lacoco Watermelon Glow Mask & Eye Serum

21 comments
Review Skincare Lokal Premium Lacoco

Lacoco ini adalah salah satu skincare lokal yang bikin saya menjerit, "KEMANA AJA AKUTUUU BARU NYOBAIN SEKARANG?" Ya nggak literally menjerit ah, ini kehidupan nyata bukan sinetron :D. Tapi ngerti kan, feeling udah ngelihat suatu produk sliwar-sliwer di instagram, lalu kerabat serta handai taulan udah pada pakai dan bilang bagus, dan kita masih nggak nyobain juga. Dan saat akhirnya nyobain, ternyata ya memang sebagus itu T.T.

Memang saya suka banget sama produk Lacoco ini. Satu bulan nyobain ini adalah satu bulan yang menyenangkan untuk kulit saya. Sebenernya ini bukan pertama kalinya saya pakai Lacoco. Sebelumnya saya pernah review juga bodycare dari Lacoco. Tapi untuk produk perawatan wajahnya, baru kali ini saya coba.

Baca juga: Review Lacoco Bust Fit dan Cara Merawat Payudara

Karena saya sudah cobain kedua produk ini selama satu bulan, dan saya suka dengan hasilnya, maka inilah saatnya saya akan me-review. Biar kalian tau kalau saya habis nyobain produk bagus.


Lacoco Watermelon Glow Mask

Review Lacoco Watermelon Glow Mask

Ini pertama kalinya saya nyobain sleeping mask dari brand lokal. Jujur saja, sejauh saya mencoba sebelum ketemu Lacoco, saya belum pernah menemukan sleeping mask yang saya suka. Padahal saya juga nyobain sleeping mask dari high-end brand yang memang terkenal banget sama sleeping mask-nya itu, dan buat saya produk mereka B aja. Tapi Lacoco Watermelon Sleeping Mask ini beda sih. Dia ngasih efek bagus di kulit saya bahkan sejak pertama kali pemakaian. Dan saya bisa bilang saya fall in love deh sama Lacoco Watermelon Sleeping Mask ini.


Lacoco Watermelon Glow Mask ini tidak mengandung paraben dan alkohol. Jadi kalau kulitmu sensitif atau sedang menghindari dua kandungan tersebut, sleeping mask ini bisa dijadikan pilihan.

Dan kandungan-kandungan jagoannya adalah:
  • Citrullus Lanatus Fruit Extract
    Atau ekstrak watermelon. Kita sudah tau kan kalau semangka memiliki kandungan air yang sangat tinggi. Kandungan ini akan membantu menghidrasi kulit kita. Vitamin yang terkandung dalam buah semangka juga berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencerahkan kulit
  • Musa Sapientum Fruit Ekstract
    Atau banana extract. Pisang kaya akan vitamin C, A, B dan berbagai macam kandungan mineral yang baik untuk kulit.
  • Oenothera Biennis Flower Extract
    Atau kita kenal dengan nama Evening Primrose, yang berkhasiat menenangkan kulit dan meredakan iritasi
  • Polyglutamic Acid (PGA)
    Jujur saya baru mendengar mengenai kandungan ini, dan langsung mencari tahu apa itu Polyglutamic Acid. Polyglutamic Acid atau PGA adalah protein alami yang berfungsi untuk meningkatkan elastisitas kulit, mengurangi garis-garis halus, meminimalkan pigmentasi, dan melembapkan kulit. PGA ini berfungsi memberikan hidrasi, sekaligus mampu mengunci hidrasi tersebut di dalam kulit kita 5 kali lebih efektif dari kandungan Hyaluronic Acid.

Lalu saya juga melihat ada kandungan Lactid Acid yang bagus digunakan sebagai anti-aging.

Packaging Lacoco Watermelon Glow Mask

Desain kemasannya menurut saya sih simpel dan biasa saja, nggak ada yang spesial. Tapi kalau secara fungsi nggak ada yang bisa dikeluhkan. Saya suka sekali skincare bertekstur cream yang dikemas dalam kemasan tube dengan mulut botol yang kecil. Produknya terlindung dengan baik, nggak perlu dicolek-colek, dan mulut botol yang kecil mempermudah kita dalam menakar produk yang akan dikeluarkan.

Kemasan produk ini terbuat dari plastik tebal, jadi ringan dan praktis. Nggak perlu khawatir produknya pecah kalau terjatuh.

Lalu, banyak yang bilang aroma produk ini adalah fruity. Tapi menurut saya kok lebih condong ke floral ya? Apa hidung saya yang slewah? Tapi yang penting aromanya lembut dan enak banget!

Tekstur Lacoco Watermelon Glow Mask

Tekstur produk ini adalah cream semi gel, jadi krim tapi ringan gitu lho. Untuk penyerapannya, khas produk dengan tekstur gel ya, agak butuh waktu untuk menyerap, tapi rasanya nyaman, adem dan enak dikulit. Gampang banget di-spread ke seluruh permukaan wajah, jadi nggak effort lah pas pakai. 

Namun walau teksturnya cenderung gel, produk ini rasanya cukup oclusive di kulit saya. Biasanya kalau pakai produk dengan tekstur gel, saya harus tumpuk lagi dengan cream yang oclusive, agar kulit saya awet lembapnya. Nah, ini enggak! Saya sering kok cuma pakai hydrating toner terus tumpuk Lacoco Watermelon Glow Mask pagi harinya, dan rasanya kulit tetap lembap sampai pagi.

Untuk pemakaiannya, saya sih pakai setiap hari sebagai pengganti night cream. Kalau kamu penganut CTMP, produk ini bisa langsung dipakai setelah hydrating toner. Tapi kalau mau pakai skincare layer-layer, pokoknya step terakhir lah ya. Sebagai pengunci semua nutrisi yang sudah kita oleskan sebelumnya.


Before After Lacoco Watermelon Glow Mask
Sebelum - Setelah 1 bulan pemakaian
Foto di atas sama-sama saya ambil pagi hari setelah cuci muka, dengan lighting yang sama persis. Saya ngga tahu di kamera terlihat jelas nggak sih? Tapi kulit saya memang terasa lebih lembap, sehat, dan glowing. Lebih enak dilihat.

Harus saya akui saya lumayan takjub sama hasilnya, soalnya saya awalnya nggak berekspektasi apa-apa. Saya tahu kalau produk ini tentu akan melembapkan kulit, tapi saya nggak mengira dia juga mampu menambah water konten dan juga mencerahkan kulit. Apalagi di dalam produk ini nggak ada ingredient populer untuk mencerahkan kulit semacam Niacinamide atau Arbutin. Mungkin karena saya  masih asing sama kandungan PGA ya. Jadi saya nggak terlalu berekspektasi kalau efek mencerahkannya beneran kerasa.
Saya sudah bilang kan di atas, kalau produk ini langsung kelihatan hasilnya saat pertama kali pemakaian? Pas saya pakai pertama kali, paginya kulit saya langsung kelihatan lebih bright, glowing, dan kenyal. Makeup juga menempel dengan lebih baik. Semakin lama dipakai, rasanya semakin menyenangkan. Kulit saya jadi terasa bertambah sehat dan glowing dari hari ke hari.

Kekurangannya, sleeping mask ini belum bisa memudarkan noda-noda bekas jerawat saya. Mungkin akan kelihatan kalau dipakai lebih lama lagi atau kalau sudah habis sebotol ya. Tapi mungkin juga nggak bisa, karena jenis bekas jerawat saya adalah PIE, yang memang belum ada skincare yang bisa menghilangkan. Sepertinya harus dengan tindakan laser.

Produk ini dibandrol dengan harga Rp 225 000. Untuk kualitas dan juga ukuran produk yang cukup besar (75 ml), menurut saya sih worth it ya.


Lacoco Intensive Treatment Eye Serum

Review Lacoco Eye Serum Lokal

Produk kedua adalah Lacoco Intensive Treatment Eye Serum. Kebetulan saya memang udah lama banget nggak pakai perawatan area mata apapun. Dan area mata saya udah nggak karuan beud seperti perasaanmu pas denger lagu Lord Didi Kempot. Berkantung, dark circle, dan kering sampai concealer pun nggak mau nempel. Padahal sebenernya kalau concern-nya ke aging, harusnya area mata adalah yang dapet perhatian khusus, karena area mata adalah area yang paling cepet kelihatan menua.

Ingredient Lacoco Eye Serum

Bisa dicek di ingredient list-nya, produk ini termasuk produk dengan minimal ingredient. Dia paraben free, alcohol free, sulfate free, dan silicon free. Jujur, saya lumayan tertarik karena jarang sekali ada produk lokal yang punya minimal ingredient.

Ingredient yang menarik dalam produk ini adalah:
  • Pyrus Malus Fruit Extact
    Atau ektrak buah apel, yang kaya akan kandungan vitamin A, C dan antioksidan. Ekstrak apel dapat membantu menyamarkan kantung mata, mata lelah, dan dark circle.
  • Aloe Barbadensis Leaf Juice
    Kita semua tau, aloe vera sangat ampuh untuk menenangkan dan menghidrasi kulit.
  • Palmitoyl Hexapeptide
    Nah, ini nih yang paling bikin saya tertarik! Peptide adalah powerfull ingredient untuk aging dan wrinkle yang sedang naik daun. Banyak banget skincare luar dan bahkan high end, yang sudah memanfaatkan peptide sebagai ingredient utama untuk anti aging. Tapi kalau di skincare lokal, saya baru nemu di Lacoco ini. Keberadaan peptide di sini tentu akan membantu mengurangi kedalaman keriput, mengencangkan kulit, memperbaiki elastisitas kulit, dan mencegah timbulnya garis-garis halus.
Packaging Lacoco Eye Serum

Sama seperti sleeping mask-nya, kemasannya bagus sekali secara fungsi. Ringan, ringkas, dan kuat. Saya apresiasi banget sama produk-produk Lacoco yang bener-bener mikirin higienitas produk dari sisi kemasannya. Jadi mereka nggak pakai jar, tapi pakai botol dengan pump, yang bikin produknya aman dan terlindung dari udara luar.

Tapi secara estetika, jujur sih saya nggak suka botolnya ya. Nggak bisa dibilang eye catching, tapi nggak elegan juga. Permukaan kemasan yang gilap-gilap juga bikin produknya agak susah difoto (oke, ini mah blogger problems wkwkwk). Tapi saya sebenernya nggak terlalu banci packaging kok. Sejauh mampu melindungi produk dengan baik, travel friendly, dan nggak harus dicolek-colek, saya mah nggak akan banyak protes.

Untuk aromanya, awalnya saya mengira produk ini unscented saking nggak kecium apa-apa selama saya pakai. Tapi setelah saya endus dengan seksama, baru ketahuan ada aroma floral yang samar-samar banget, nyaris nggak kecium.

Tekstur Lacoco Eye Serum

Tekstur produknya liquid dan sedikit gel-ish. Jadi cair, tapi ada kentul-kentulnya dikit. Pas dipakai rasanya enak banget ya di kulit. Adem gitu pas dioles, dan nyerepnya cepet, tapi ninggalin kelembapan di permukaan kulit. Beda sama Watermelon Glow Mask-nya, eye serum-nya ini nggak kerasa oclusive. Jadi memang perlu di-seal lagi pakai cream. Untuk urutan pemakaian atau slot-nya, silahkan cek ke postingan saya mengenai paduan 10 step skincare ya.


Before After Lacoco Eye Serum
Atas: Sebelum
Bawah: Setelah 1 bulan pemakaian
First impression pas pakai produk ini, saya ngerasa area sekitar mata saya nyaman banget, adem, dan lembap. Mata njendol gitu otomatis berkurang dan concealer jadi lebih nempel. 

Tapi hasilnya baru beneran kelihatan setelah satu bulan pemakaian. Coba deh perhatikan baik-baik, area bawah mata saya:
  • Garis-garisnya berkurang kedalamannya
  • Warna gelap di beberapa area masih ada, tapi agak memudar.
Dan tau nggak sih, kalau area mata lebih cerah dan halus, itu ngaruh banget lho ke keseluruhan look. Penampilan jadi terlihat lebih seger gitu, walau tanpa makeup. Serius! Saya nyesel udah abai sama perawatan area mata beberapa bulan belakangan ini huhu...

Poin plus-nya lagi, produk ini ngggak menimbulkan perih di area kulit sekitaran mata, dan nggak bikin mata pedas atau berair. Jadi nyaman banget. Terus setelah sebulan penggunaan, juga nggak bikin milia saya numbuh. Beberapa eye treatment bikin milia saya muncul soalnya. Itulah juga alasannya saya agak malas pakai eye treatment.

Dan jujur saya bingung banget kalau ditanya kekurangannya. Saya puas banget lho pakai produk ini. Produknya nyaman banget dipakai, dan bisa dilihat sendiri kan foto before-after area mata saya yang menampilkan perubahan signifikan? Paling ya saya nggak suka sama warna kemasannya yang silver dan mengkilat ini. Tapi kayaknya bukan persoalan besar.

Produk dengan hasil nyata ini harganya adalah Rp 180 000/ 15 ml. Dan saya jelas bakalan beli lagi lah kalau ini habis!


Review Sleeping Mask Lokal Lacoco

Nggak salah sih kalau Lacoco ini dibilang sebagai skincare lokal premium. Karena memang secara kualitas juga premium. Saya sih puas banget pakai kedua produk ini yak. Keduanya ngasih hasil yang kelihatan dalam satu bulan pemakaian. Dan bukan cuma itu, teksture wise juga dipikirin banget. Jadi pas skincare-an tuh rasanya nyaman dan asik. Nagih.

Untuk yang tertarik dengan produk-produk Lacoco juga, bisa intip website lacoco dan instagram @lacoco.id ya ;).