Berbuat Baiklah Maka Kita Akan Dikenang Sebagai Orang Baik

10 comments
Suasana Solo
Nggak nyangka pada akhirnya bisa nemuin pemandangan kaya begini di kampung halaman saya, Solo. Sedih sih. Lebih suka lihat sawah & suasana pedesaan.

Selamat tahun baru, temen-temen!

Akhir tahun 2014 kemarin saya lalui dengan perenungan. Saya mengalami banyak kejadian di tahun 2014, yang nggak bisa dibilang menyenangkan sih, tapi boleh dibilang sangat berharga dan bikin saya memandang segala sesuatunya dengan sudut pandang yang berbeda. Pengalaman saya nggak bisa saya jabarkan satu-persatu. Tapi pada intinya, hal yang saya petik adalah:

"Berbuat baiklah dan hormati orang lain"


Hal-hal yang bagi kita terasa cemen dan enggak penting, mungkin sangat berarti bagi orang lain. Hal-hal yang biasa saja bagi kita, mungkin menyakiti dan membekas dihati orang lain. Contoh?

Contohnya, teman-teman yang tidak beragama Hindu pernah ke Bali nggak? Disana kita akan menemukan banyak pura dan sesajen. Banyak legenda dan pantangan yang masih teguh dipegang oleh masyarakat Bali. Salah satu larangan yang saya tahu adalah dilarang secara sengaja menginjak atau memperlakukan sajen dengan tidak hormat. Mungkin banyak yang nggak percaya dan prek sama larangan tersebut. Mungkiinnn bahkan ada yang sudah pernah melanggar dan nggak terjadi apa-apa pada dirinya. Tapi apa salahnya sih kita menghargai kepercayaan orang lain? Katakan kita nggak percaya, tapi haruskan kita menyakiti hati dan membuat permusuhan pada mereka yang percaya? Gunanya buat apa?

Lalu ada nggak temen-temen disini yang suka kepo socmed artis? Beberapa public figur mencetak reputasi jelek banget di tahun ini. Pandangan masyarakat jadi miring ke dia. Saya pernah lihat IG artis-artis tersebut, dan isinya hujatan semua. Saya kepengen tanya sama yang menghujat, untungnya apa ya buat anda? 

Tahun lalu, saya memang kepingin hidup damai. Saya nggak kepengen membaca/mendengar sesuatu yang nggak ngenakin, kalau itu nggak ada gunanya. Jadi saya meng-unfollow/un-friend temen-temen di socmed yang saya tahu suka membuat status  yang merendahkan agama lain, suku lain, pandangan politik lain, mem-bully orang lain, atau apapun yang beda dengannya. Karena saya merasa membaca hal-hal tersebut cuma bikin perasaan saya nggak enak. Dari pada saya terus-terusan baca status nylekit, kemudian emosi saya terbakar, dan saya ikutan ngalay nggak jelas merendahkan orang lain, mending saya unfriend aja kan?

Tolong jangan salah sangka sama saya. Saya oke banget dengan perbedaan apapun. Perbedaan pendapat, agama, pandangan politik, suku, dll. Sahabat saya banyak yang berbeda agama dengan saya. Bahkan keluarga besar saya juga terdiri dari banyak agama. Saya hanya nggak oke dengan mereka yang nggak bisa menyikapi perbedaan dengan damai dan hormat. Perbedaan pendapat itu boleh, malah memang sesuatu yang nggak bisa dihindari. Tapi menyampaikan pendapat dengan baik dan nggak merendahkan orang lain itu lebih penting lagi menurut saya.

Saya ingin hidup damai dan berkualitas. Nggak perlu dikenal/disukai/dikelilingi oleh banyak orang, tapi cukup orang-orang yang membuat saya nyaman saja. Untuk apa mempertahankan suatu hubungan kalau pada nyatanya hal tersebut bikin kita merasa nggak nyaman?

Almarhum Jethro
Jethro juga mati tepat sebelum tahun baru :(


Saya juga ingin sharing kejadian menarik yang saya alami. Bukan kejadian menyenangkan, tapi ada sesuatu yang bisa saya petik dari hal tersebut.

Natal 2014 kemarin, eyang putri saya, ibu dari ibu saya meninggal dalam usia 80 sekian tahun. Meninggalnya nggak mendadak kok, memang selama sekitar 3 minggu, Eyang putri sudah sakit dan opname di rumah sakit Betesda Jogja. Saya sendiri jujur-sejujur-jujurnya, bukan cucu yang dekat dengan beliau. Tentu saja saya sayang dengan beliau, saya menghormati, tapi tidak akrab. Kesedihan yang saya rasakan lebih kepada merasakan mami (saya sebut ibu saya Mami saja ya, biar nggak ambigu sama ibunya mami :D) yang sedih banget.

Mami saya, seperti pada sewajarnya mami-mami seumurannya, orang jadul gitu maksudnya, lahir dari keluarga besar. Mami saya adalah anak ke dua dari tujuh bersuadara. Semua anaknya Eyang Putri sudah berkeluarga dan punya anak-anak. Beberapa cucu Eyang Putri juga sudah berkeluarga (termasuk saya) dan punya anak. Bayangkan berapa anak + menantu + cucu + cucu menantu + cicit eyang putri? Banyak! Dengan keluarga sebanyak itu seharusnya eyang putri menikmati masa tuanya dengan penuh kehangatan dan keceriaan.

Tapi saya akui, beberapa tahun belakangan ini kami sudah nggak pernah kumpul lagi. Cucu-cucu udah pada berkeluarga dan punya aktifitasnya sendiri-sendiri. Kami juga nggak banyak yang masih berdomisili di Jogja. Bahkan kebanyakan berada di Jakarta, ada yang di luar negri. Jaraaaang banget deh negokin Eyang. Eyang sendiri juga nggak mau meninggalkan rumahnya di Jogja dan tinggal sama salah satu anaknya. Eyang maunya menikmati masa tuanya di rumahnya di Jogja :(.

Hal tersebut bikin saya merenung. Pada akhirnya manusia itu akan mati. Entah kita nanti yang ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi, atau kita duluan yang meninggalkan mereka. Umur manusia itu misteri, dan kita nggak akan pernah bisa tahu, berapa lama kita dikasih kesempatan untuk berada di dekat orang-orang tersayang?

Seandainya kebersamaan saya dengan suami dan keluarga saya hanya tinggal sehari, akankah ada yang saya sesali? Apakah selama kebersamaan kami yang singkat mereka merasa bahagia memiliki saya? Apakah saya banyak membuat mereka bahagia atau malah sedih dan marah? Bayangkan deh, kami sekeluarga besar dianugerahi kebersamaan dengan Eyang putri yang tergolong lama, tapi masih aja ada yang disesali, "kenapa saya belum begini, kenapa saya belum melakukan itu?". Apalagi kalau seandainya kita cuma dikasih sebentar.

Bayangkan kalau kita terlau sibuk menghujat Mulan Jamela di Instagram, terlalu sibuk memaki Marshanda yang lepas Jilbab, terlalu sibuk mencari-cari apa yang salah dari ajaran agama Kristen/Islam, terlalu sibuk nyinyirin hijabnya si A yang kurang syar'i, terlalu sibuk ngomentarin pakaian B yang terlalu ketat, terlalu sibuk mencari kata-kata kotor untuk dilemparkan kepada C yang pindah agama, terlalu sibuk gosipin si D yang hamil diluar nikah, terlalu sibuk mencibir Z yang jarang ke Gereja, dan kesibukan-kesibukan lain yang nggak akan membawa apapun kecuali kebencian. 

Lalu suatu hari kita diberi tahu bahwa ternyata usia kita/suami kita/ibu kita tinggal hari ini. Nangis nggak sih? Nyesel? Takut? Saking sibuknya ngurusin Marshanda, Mulan Jamila, A, B, C, Z, kita malah nggak sempet melakukan hal yang berguna dan bikin kita dikenang sebagai orang yang positif? 

Berpose Bersama Ginger Bread


Misalkan kita menemui artikel yang menyalahkan agama lain, dimana kita setuju dengan artikel tersebut. Haruskan kita share artikel tersebut di akun pribadi kita? Pernahkan berpikir kalau teman kita itu banyak, dan Indonesia itu terdiri dari banyak agama, dan ada kemungkinan artikel yang kita bagi menyakiti beberapa teman kita? Kalau kita nggak membagi artikel tersebut, apakah kita akan merugi? Kalau kita membagikan, selain menyakiti banyak orang, keuntungan apa yang kita dapatkan?

Ketika ada artis yang pindah agama dan ngerebut suami orang, dimana kita kesel dengan perbuatan si artis. Haruskah kita ikut andil menghujat-hujat dia di sosial media? Kalau kita nggak menghujat, apakah kita akan merugi? Kalau kita menghujat, apa keuntungannya buat kita, selain nama kita jadi dikenang buruk (oleh si artis atau siapapun yang kebetulan baca?)?

Ketika kita melihat foto temen kita kelihatan gendut banget di instagram, haruskah kita komentar kalau dia gendut? Saya tahu teman yang baik adalah teman yang jujur. Tapi kita pilah juga dong, mana kejujuran yang berguna kalau di bagi, dan mana komentar yang hanya akan menyakiti hati. Kalau nggak berguna dan merugikan orang lain, apa salahnya kalau kita menahan keinginan untuk melakukannya?

Ah...saya bingung mau nulis apa lagi. Intinya saya cuma mau ngajak untuk berbuat baik, bersikap damai, dan lalukan hal-hal yang membuat kita senang dan dikenang dengan positif :).



Dengan segala kehilangan yang keluarga saya alami, dan kehilangan karena tragedi Air Asia yang dialami orang lain, saya memilih untuk menyambut malam pergantian tahun di rumah saja sama suami. Nggak party-party, main kembang api, dan kegiatan lain yang biasa dilakukan saat pergantian tahun.

Ternyata kami nggak merasa dirugikan kok. Memang menghargai perasaan orang lain nggak ada ruginya. D. Untungnya? Yah, perasaan lebih damai dan mungkin saya bisa dikenang sebagai orang yang baik?

Seandainya saya mati besok... :)

10 comments

  1. mbak, pagi" baca ini jadi think more positive :)
    Oiya saya juga pernah dihujat di ask.fm. Dan koment blog saya juga dikoment ngga jelas sama org yang sama, isinya ngga berkaitan sama apa yg saya bahas di blog.
    Saya tau siapa orang itu walaupun dia selalu anonim di koment.

    Bahkan di social life saya juga disindir. Awalnya saya diem aja, tapi satu hari saya kehilangan kesabaran untuk pertama kalinya malah ikutan balik nyindir.
    Dan apa yg terjadi? Saya malah ngerasa bersalah sama diri sendiri karena ngga bisa nahan emosi.

    Dan saya sadar saat itu, Bersabar dan berpikir lebih dalam saat bertindak itu penting, karena kita ngga tau apakah perbuat yang kita anggap sepele bisa menyakiti orang lain atau tidak.

    Itu aja deh mbak maaf kalo komentnya kepanjangan terus jadi curcol gini :D

    Happy New Year mbak Arum :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ih kita sama bangettt. Aku juga pernah lepas kendali begitu. Sering malah. Iya sih dia yang cari gara-gara. Tapi kalau dipikir-pikir sebenernya ga perlu juga ya ditanggepin. Dihindari aja kan beres, hidup lebih damai ^^.

      Happy New Year :3

      Delete
  2. Mbak. terus maksudnya apa mbak...maksudnya apa mbak pasang foto pizzaaaaa. Aku langsung buka website PHD, liat2 pizza :))

    Tapi iya mbak, aku juga suka nge unfollow, unfriend, orang2 yg selalu negatif atau hobi ngeshare sesuatu yang bikin kontroversi khalayak ramai. Kadang2 aku mikir, apa aku berlebihan ya masalah begitu doang aku langsung unfollow/unfriend.

    turut berduka soal kucingnya mbak... kelinciku yg bayi juga kmrn mati digondol kucing :((
    happy new year ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maksudnya akoh makan pitja cuman setahon sekaliiii jadi pamer gituuu :))
      Tahun lalu aku beneran bersih-bersih deh. Udah males banget ses, perasaan jadi sumpek dan hawanya negatif terus kalau baca begituan :(.
      Ya ampun, kasian banget kelincinya.. Kok kucing makan kelinci sih? Kucingku kok takut ya sama hamster.. ^^

      Delete
  3. Happy New Year yaa ses. Dan turut berduka cita buat Jethro. :(
    Postingannya dalem banget deh.

    Eh, aku pernah dulu ga sengaja nendang sesajen di Bali yang dijalanan. Trus sama si pacar, disuruh minta maap 3x ke sesajen nya. Dia niatnya ngerjain sih, tapi sebenernya kalo dipikir, ga ada salahnya juga mnta maap 3x. Hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Happy New Year, ses :3

      Iyaaa betul, nggak ada salahnya kan minta maap. Kita juga ga rugi apa-apa. Hakhak..

      Delete
    2. Dalem bgt mbak.... pengalaman pribadi saya jg dsindir2, dhujat, dhakimi smpet emosi jd saya balas jg tp saya rasa ko jd gak ada habisnya ya klo gtu... trnyta hidup lbh damai ketika dsindir2, hujat n dhakimi kita berpikir 'saya makan gak dr mereka ngapain diurusin" jd kita gak mikirin dan membalas... stay cool pokonya... smoga tahun ini kita lbh baik dr thun sebelumnya yah mbak... hehe

      Delete
    3. Hai,
      sebenernya pas nulis ini aku lebih kepada mereka-mereka yang suka nyindir2 artis tanpa alasan loh. Yang suka nebar-nebar komen jahat gitu di instagram dan twitter. Tapi iya kamu benar deh, kadang kalau kita dijahati mending diem aja yah, lebih damai jadinya :')

      Delete
  4. iiiiy kucingnya lucu, pemandangannya keren, mbaknya cantik :)
    salam kenal yaa... knjungi juga blog saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tapi yang itu udah mati :(.
      Makasihh.. Salam kenal mb Inna :3

      Delete

Hai, terima kasih sudah mampir di sini dan berkomentar dengan sopan ;).
Komentar yang menyertakan link hidup dan kometar yang sifatnya mempromosikan website komersil/ barang jualan akan dihapus.