Review Indoganic Brightening Vitamin C Serum. Serum Vitamin C Bagus Dari Brand Lokal!

27 comments
Review Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Bulan-bulan sebelumnya, saya sudah ngomongin dua actives ingredient yang memang lagi ngetop, yaitu Retinol dan AHA/ BHA. Nah, kali ini saya mau ngomongin satu ingredient yang jadi all time favourite saya, yang selalu jadi wajib ada di meja rias saya, dan sudah saya pakai secara (( religius )) bahkan sejak saya belum mengenal Retinol dan AHA/ BHA, yaitu Vitamin C.

Karena saya memang sesuka itu sama vitamin C, jadi saya selalu punya essence/ serum/ skincare yang mengandung vitamin C. Dan sejak dulu saya selalu gonta-ganti, mencari hasil terbaik, finish ternyaman, formula terenak, dan juga harga yang sobat misqueen friendly. Sampai akhirnya, 5 bulan yang lalu saya ketemu Indoganic Brightening Vitamin C Serum, dan stuck sama produk ini sampai sekarang. Bolak-balik repurchase dan belum nyobain serum vitamin C yang baru lagi, karena menurut saya Indoganic Brightening Vitamin C Serum ini udah enak banget di kulit saya dari segi formula, tekstur, sampai hasilnya.

Nah, saya akan ceritakan ya, kenapa vitamin C jadi ingredient favorit saya, dan juga apa kelebihan Indoganic Brightening Vitamin C Serum ini dibanding serum lain.

Baca juga: Review Indoganic, Skincare Lokal Dengan Konsep Clean Beauty


Ingredient Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Ingredient Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Dilihat dari ingredient-nya saja, Indoganic Vitamin C serum ini sudah sangat istimewa:
  1. Ingredient-nya cukup simpel (minimal ingredient), list-nya pendek dan padat dengan bahan-bahan yang memang diperlukan oleh kulit. Jadi memang nggak terlalu banyak menambahkan bahan-bahan yang sebenarnya nggak penting untuk kulit.
  2. Clean Ingredient. Bebas dari paraben, sulfate, dan silicon. (Benzyl Alcohol merupakan pengawet alami penggantui Paraben yang lebih aman untuk tubuh).
  3. Tiga ingredient pertama adalah: Galactomyces Ferment Filtrate, Ascorbic Acid (vitamin C), dan Glutathione. Yang mana berarti presentase ketiga ingredient tersebut adalah yang terbesar dalam serum ini. Dan nggak kayak serum-serum lokal lain, yang biasanya meletakan water (air) pada list pertama, Indoganic memilih Galactomyces Ferment Filtrate yang merupakan humectant. Galactomyces melewati proses khusus secara fermentasi, sehingga menjadikannya kaya akan vitamin, amino acids, serta enzim yang sangat berkhasiat untuk kulit.
  4. Memadukan vitamin C dengan Glutathione, yang merupakan dua antioksidan yang cukup kuat untuk mencerahkan, memudarkan noda hitam, dan meratakan warna kulit. Glutathione adalah tripeptide protein yang terdiri dari tiga Asam Amino Utama (L-Gtutamic Acid, L-Custeine, L-Glycine), dan merupakan salah satu antioksidan terbaik, karena banyak sel-sel tubuh yang sangat tergantung dengan Glutathione.

Dengan Vitamin C dan Glutathione di ingredient list kedua dan ketiga, ya berarti klaim "brightening" dari serum ini memang nggak main-main. Serum ini juga dilengkapi dengan Niacinamide, mesti jumlahnya sedikit (ada di urutan kedua terbawah ingredient list), dan juga Tocopherol (vitamin E).

Indoganic Brightening Vitamin C Serum Clean Beauty, Non toxin, Eco Friendly Sustainable, Cruelty Free Ingredients

Indoganic memang meng-klaim produk-produknya sebagai clean beauty. Clean beauty adalah konsep produk yang menggunakan bahan-bahan non-toksin, eco-friendly, sustainable, dan cruelty free. Atau pada intinya sih tidak membahayakan bagi tubuh manusia, hewan, dan lingkungan. Dan melihat dari ingredient-nya, klaim ini memang bukan omong kosong juga.

Ini juga awalnya yang bikin saya penasaran saya Indoganic. Dan jadi jatuh cinta, karena walau mengusung konsep clean, namun faktor kualitas, hasil, dan tektur/ kenyaman produk juga tetep diperhatikan, nggak ada yang dikorbankan.



Tekstur dan Aroma Indoganic Brightening Vitamin C Serum

tekstur cair dan aroma Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Biasanya, suatu serum menggunakan water di ingredient list pertama agar teksturnya watery dan nyaman. Nah, serum Indoganic ini tidak, namun teksturnya sangat nyaman!

Teksturnya cair ala-ala waterbased serum. Ketika dioleskan, serum ini awalnya terasa licin dan daya sebarnya cukup bagus, sehingga sedikit serum bisa diratakan ke area luas kulit. Dan setelahnya, serum dengan cepat akan nge-blend tanpa ada rasa lengket sama sekali. Bisa dibilang, ini adalah tipe tekstur serum yang bakalan cocok untuk jenis kulit apapun. Nggak mengeringkan, namun juga nggak lengket dan oily. Nyaman banget.

Serum ini punya aroma seperti bawang putih. Saya sendiri nggak terlalu terganggu ya, tapi mungkin untuk kalian yang kemayu, akan sedikit terganggu dengan aromanya. Harusnya sih enggak ya, karena begitu dioleskan ke kulit, aromanya hilang. Tapi ya namanya saja (( kemayu )) kan biasanya terganggu sama beginian wkwk. Aroma bawang ini wajar, karena serum ini mengandung Galactomyces dalam persentase yang tinggi, dan serum ini juga nggak pakai sintetic fragrance untuk menutupi aroma alaminya.


Kemasan dan Cara Penyimpanan Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Kemasan dan Cara Menggunakan pipet Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Dikemas dalam botol kaca berwarna gelap, dan ini bagus untuk melindungi produk dari paparan sinar UV yang bisa merusak kualitas produk. Lalu aplikatornya adalah pipet. Aplikator pipet ini ada baik dan jeleknya sih. Baiknya, kita tidak perlu menyentuh produk secara langsung. Mulut botol juga kecil, sehingga memperkecil resiko kontaminasi udara luar.

Namun pipet ini beresiko tinggi memasukan udara luar kedalam botol, apabila kita tidak terbiasa atau berhati-hati dalam menggunakannya. Yang penting sih jangan memompa produk atau memencet pipetnya, saat pipa berada di dalam botol. Cara penggunaan pipet yang benar:

  1. Keluarkan pipa tanpa memencet bagian atas pipet.
  2. Pencet tutupnya untuk mengeluarkan produk, saat pipa berada di luar botol. 
  3. Lalu masukan kembali pipa ke dalam botol (dalam kondisi tutup masih kita pencet), tutup rapat, baru kemudian lepaskan pencetannya.

Maaf terkesan ribet ya. Padahal ini simpel namun penting banget untuk menjaga kualitas produk. Banyak yang belum paham cara pemakaian kemasan pipet ini dengan benar.

Begitulah skincare. Mejet pipet pun ada aturannya, hey~~

Cara penggunaan Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Walaupun kemasan serum ini sudah secure dalam botol kaca yang rapat, namun Indoganic sebenarnya tetap menganjurkan untuk menyimpan dalam kulkas. Saya sendiri, jujur selama hampir setengah tahun penggunaan, nggak pernah menyimpannya dalam kulkas. Sejauh ini sih baik-baik saja, tidak pernah sampai berubah warna, tekstur, dan aroma sebelum habis (satu botol saya habiskan dalam waktu kira-kira satu setengah bulan).

Namun ini mungkin juga karena saya menyimpan skincare saya di kamar yang AC-nya nyala hampir 24 jam. Jadi suhu di dalam kamar pun sebenarnya cukup dingin. Untuk yang menyimpan skincare di ruang yang tidak ber-AC, saya rasa harus mempertimbangkan untuk menyimpan vitamin C serum ini di kulkas. Bersama sawi dan cabe rawit :).


Cara Pemakaian dan Layering Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Cara pemakaian Indoganic Brightening Vitamin C Serum lokal

Salah satu yang bikin saya cinta sama vitamin C adalah, pemakaiannya nggak tricky kayak Retinol. Vitamin C boleh dipakai di pagi hari. Justru bagus karena sifatnya mendukung kerja sunscreen. Tapi kalaupun mau dipakai di malam hari juga boleh banget. Bebas. Mau pakai pagi aja, malem aja, atau pagi dan malem, yang penting basic CTMP-nya sudah pakai. Sesuaikan saja dengan kulit masing-masing.

Baca juga: Basic Skincare CTMP

Saya sendiri cuma pakai di pagi hari, 2-3 drop sekali pemakaian. Alasannya karena kebiasaan saja, dari dulu saya pakai Vitamin C Serum di pagi hari. Malamnya saya pakai acid toner atau Retinol. Selain meminimalisir resiko iritasi, cara ini juga saya lakukan agar skincare routine saya nggak kepanjangan. Kalau kepanjangan saya suka mager duluan soalnya.

Karena ini serum, jadi kalau CTMP, pakainya ya setelah hydrating toner. Begini urutannya:

Hydrating Toner - Indoganic Brightening Vitamin C Serum - Moisturiser - Sunscreen

Kalau mau dipakai malem, dan mau layering dengan serum lain, silahkan dikira-kira sendiri dari teksturnya ya. Indoganic Brightening Vitamin C Serum ini teksturnya seperti waterbased serum. Jadi pakai saja di slot antara essence dan serum. Kalau saya sih, rumusnya: pakai yang waterbased dulu, baru yang lebih oily. Dan pakai yang lebih cair/ ringan dulu, baru yang kental.

Baca juga: Paduan 10 Step Skincare Rutin

Lalu soal layering juga, saya adalah aliran yang: semua ingredient boleh di-layer, asalkan kulit kita cocok dan kuat. Jadi saya nggak ada pantangan me-layer vitamin C dengan ingredient apapun. Batasannya adalah kulit saya sendiri. Kalau dirasa perih, over-sensitized, atau bahkan breakout, ya berarti kulit saya nggak kuat dan harus diturunkan kadarnya atau dihentikan.

Dan ini harus dicoba sendiri ya, nggak bisa ditanyakan ke orang lain, karena sensitifitas tiap orang berbeda-beda.

Review Indoganic Brightening Vitamin C Serum. Serum Vitamin C Bagus Dari Brand Lokal!

Saya sendiri nggak ada masalah ketika mencoba me-layer Indoganic Brightening Vitamin C Serum dengan Retinol. Malah hasilnya sangat bagus di kulit saya! Tapi kalau kulitmu terlalu sensitif untuk itu, mungkin kamu bisa mencoba mengganti Retinol dengan Indoganic Rosehip Oil. 

Rosehip oil adalah minyak alami yang kaya akan anti-oksidan, mengandung fatty acids, linoleic, dan linolenic acids, yang dapat membantu regenerasi sel-sel kulit. Rosehip Oil tidak mengiritasi seperti Retinol. Jadi boleh banget kok dicoba kombinasi Indoganic Brightening Vitamin C Serum dengan Indoganic Rosehip Oil, untuk efek yang lebih mantul, namun minim resiko iritasi.


Hasil Pemakaian Indoganic Brightening Vitamin C Serum
Saya nggak bisa kasih before-after, karena saya udah pakai produk ini dari awal tahun kemaren. Dan awal tahun, saya nggak kepikiran foto before karena ya, nggak nyangka bakalan sesuka ini sampai mau nge-review secara khusus T.T.

Hasil Pemakaian Indoganic Brightening Vitamin C Serum

Tapi saya akan menjabarkannya:
  • Kulit lebih cerah
    Sejauh ini, Indoganic Brightening Vitamin C Serum adalah vitamin C serum yang paling ngefek saya pakai untuk balikin warna kulit. Saya mulai pakai ini tuh sepulang liburan dari Nusa Penida, dimana kulit saya gosong banget. Dan dalam waktu satu bulan, foundation saya yang biasanya udah bisa dipakai lagi, yang berarti warna kulit saya udah balik ke asalnya.

    Satu hal lagi yang saya suka dari Vitamin C adalah, efeknya mencerahkannya hasilnya nggak pucat. Jadi tone kulit naik, namun hasilnya nggak putih pasi. Saya selalu kelihatan seperti orang sakit tanpa rona kalau pakai Arbutin. Makanya saya cinta banget sama Vitamin C.

    Dan Indoganic Brightening Vitamin C Serum ini juga begitu. Efek mencerahkannya lumayan cepat dan terlihat nyata, tapi wajah tetap terllihat glowing, nggak kusam, dan merona sehat.


  • Kulit nggak kering dan nggak perih
    Saya pernah nyobain serum vitamin C mahal (bukan lokal) yang efeknya juga cepat. Tapi efek irittant-nya nggak nguwati. Kulit saya perih-perih dan jadi photosensitif banget. Nah, si Indoganic Brightening Vitamin C Serum ini efeknya juga cepat, namun nggak bikin kulit saya kering dan iritasi. Nyaman banget, tanpa tingling sensation saat awal pemakaian. Mungkin karena dia pakai Galactomyces Ferment Filtrate yang sifatnya sangat menghidrasi kulit ya.

Efek yang paling saya rasakan adalah itu. Kulit cerah, namun terlihat merona sehat, nggak kusam, glowing, dan nggak bikin kulit kering atau iritasi.

Hasil Pemakaian Indoganic Brightening Vitamin C Serum


Kesimpulan
Kayak yang udah berulang saya tuliskan, produk ini adalah current favourite vitamin C serum buat saya. Saya belum nemu Vitamin C Serum dengan harga yang lumayan terjangkau begini yang efeknya sebagus ini di kulit saya. Pemakaiannya juga cenderung mudah, nggak ribet layering-nya, dan nggak bikin kulit iritasi.

Kalau ditanya kekurangan, mungkin adalah aromanya, yang bagi sebagian orang mungkin akan sedikit mengganggu. Dan juga seperti sewajarnya produk dengan kandungan vitamin C, penyimpanan terbaik adalah di dalam kulkas. Saya sendiri menyimpan di dalam kamar ber-AC, nggak perlu kulkas. Namun buat kalian yang kamarnya suhunya lumayan panas, saya rasa harus rela sedikit ribet menyimpan produk ini di dalam kulkas.


Harga Indoganic Brightening Vitamin C Serum
Satu botol serum ini dibandrol dengan harga Rp.209.000 per 15 ml. Saya sudah menjabarkan ingredient-nya yang memang padat manfaat dan bersih, dan juga tekstur serta hasilnya di kulit saya. Buat saya sih ini jauh lebih worth it dibandingkan serum lain yang lebih murah, namun banyak kandungan nggak penting di dalamnya.

Untuk pembelian dan info yang lebih lengkap, silahkan kunjungi instagram @indoganic_official atau website Indoganic ya.

Rekomendasi Body Care Untuk Kulit Badan Kering Sensitif (Eksim)

27 comments
rekomendasi body care kulit kering sensitif eksim

Buat rakyat @racunwarnawarni cabang instagram, pasti sudah sering banget denger saya sambat soal kondisi kulit saya yang kering dan sensitif. Kulit saya, terutama kulit badan, memang sangat kering dan sensitif karena saya punya eksim (eczema), atau bahasa medisnya Dermatitis Atopik.

Nah, karena kondisi ini, saya biasanya picky banget kalau pilih produk perawatan kulit badan atau body care. Dan sensitifitas kulit yang disebabkan oleh eksim ini memang akan semakin parah seiring berjalannya usia. Jadi makin tua, seleksi produk saya semakin ribet. Saya jadi lebiihhh memperhatikan ingredient.

Tapi sebelum menuju rekomendasi produk, saya ingin menjelaskan sedikit apa itu eksim, buat yang belum tahu. Biar postingannya kelihatan keren gitu lho, bukan cuma pamer produk.


Apa itu eksim atau Dermatitis Atopik?
Dermatitis Atopik atau eksim adalah kondisi turunan yang menyebapkan kulit jadi sangat sensitif. Kulit eksim pada umumnya tidak punya kemampuan untuk melembapkan dirinya sendiri, jadi ya penderita eksim biasanya punya kulit yang sangat kering. Kalau pas kumat atau terpicu oleh sesuatu, biasanya yang terjadi adalah kulit merah meradang, gatal-gatal, lecet atau luka-luka, bersisik, pecah-pecah, dan berkerak. Dan semakin tua, biasanya gejala-gejala ini akan lebih sering muncul dan terpicu.

Biasanya, gejala-gejala eksim ini muncul di lipatan-lipatan dan area kulit yang sering tergesek. Misalnya: leher, sela jari, bagian dalam siku, area di balik lutut, bawah tete, selangkangan, daerah dada dan punggung yang tergesek tali beha, area pinggang yang terkena karet shempak, lekukan wajah, dan lain sebagainya. Tapi tiap orang  beda-beda ya. Eksim yang saya alami, (( UNTUNGNYA )) hanya di sekujur badan, muka saya sampai hari ini tidak pernah diserang. Mungkin eksimnya juga shayank dan tidak mau menodai kecantikan saya.

foto kulit dengan eksim
Eksim di leher. Biasanya pas kumat di leher saya jarang selfie, tapi entah kenapa saat itu lagi pengen.

Kalau kamu mengalami gejala-gejala yang saya tuliskan di atas, bisa jadi kamu eksim, tapi jangan geer dulu. Untuk tahu kamu menderita eksim (dermatitis atopik) atau bukan, kamu harus ke dokter kulit. Jangan self diagnose. Karena masih ada kemungkinan penyakit kulit lain selain eksim, misalnya psoriasis, hanya sekedar sentitit dan tidak cocot produk saja, atau disantet kompetitor. Dan beda penyakit penanganannya juga beda.


Penyebab Eksim
Kalau penyebab awalnya ya turunan itu tadi. Coba saja cari buapakmu atau mbuahmu atau siapamu, pasti ada yang mengalami gejala yang sama. Tapi kalau "penyebab gejala" atau pemicunya bisa berbeda-beda di masing-masing orang. Dan pada tulisan ini, saya hanya akan menyebutkan pemicu saya saja.

Ini dia pemicu yang biasanya bikin kulit saya kumat:
  1. Stres. 
  2. Pergantian cuaca
  3. Keringat
  4. Sulfate
  5. Alkohol
  6. Gesekan
  7. Mandi air panas
  8. Segala hal yang bikin kulit kering

Cara Mengobati Eksim
Tidak ada obat eksim. Jadi bukan cuma kecantikan saya yang no cure, eksim juga. Sekali orang terkena eksim, dia harus deal dengan itu seumur hidupnya. Yang harus dilakukan, bukan mengobati, tapi menghindari trigger atau pemicu alerginya sebisa mungkin agar tidak kumat.

Yang saya lakukan:
  • berusaha hidup bahagia agar tidak stres. Jadi tolong puji-puji saya terus di kolom komen ya, jangan nanya yang sudah ditulis biar saya nggak stres.
  • memakai produk-produk perawatan kulit badan yang gentle bagi saya (karena gentle bagi saya belum tentu gentle bagi orang lain. Ingat, trigger eksim setiap orang bisa saja berbeda.) 
  • memakai handuk yang lembut
  • sebisa mungkin tidak mandi pakai air hangat. 
  • pakai sabun yang sulfate-free. Cara tahu kalau produk tersebut tidak mengandung sulfate bagaimana? Ya dibaca ingredient-nya dong, Bambang! Saya biasanya menghindari kandungan Sodium Lauryl Sulfate (SLS), Ammonium Lauryl Sulfate (ALS), dan Sodium Laureth Sulfate (SLES).
  • untuk fragrance, saya juga sudah mulai menghindari. Karena beberapa kali kulit saya perih dan berakhir gatal-gatal ketika memakai produk-produk dengan parfum yang kuat. Padahal tadinya nggak papa. Tapi ya memang eksim itu begini sih, bisa jadi trigger-nya berubah atau bertambah. Kitanya yang harus peka. Nggak ada akhlak u emang, Sim!
  • Lalu yang paling penting juga: selalu jaga kulitmu dalam keadaan bersih dan LEMBAP! Jangan pernah skip atau males pakai body moisturizer.

Ya sesekali saya masih nyobain sabun kekinian yang berbusa-busa dan wangi dan pakai SLES, atau mandi air hangat. Tapi paling cuma seminggu sekali. Tidak menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap hari.

Tapi kalau faktor pemicu yang nggak bisa saya kendalikan, seperti cuaca, ya saya sih pasrah saja karena saya bukan avatar the last airbender sang pengendali cuaca dengan tatto bison terbang.


Apakah Penderita Eksim Perlu Ke Dokter Kulit?
Perlu nggak perlu. Kalau menurut saya, sebenarnya nggak perlu kok ketergantungan harus ke dokter kulit setiap bulan dan menebus resep racikan yang lebih mahal dari harga dirimu itu. Asalkan kita bisa tertib selalu melembapkan kulit, dan sebisa mungkin menghindari pemicu, seharusnya sih aman.

twitwar trending twitter bekal makan suami
cuplikan twitwar bekal suami se-RT. Diambil dari instagram story @racunwarnawarni

Tapi pada kondisi tertentu, misal pas kumat kebangetan dan sampai mengganggu kehidupan dan mengganggu aktivitas twitwar soal bekal makan siang suami, ya mau nggak mau harus ke dokter. Nggak mau kan, ketinggalan twitwar-bekal-makan-suami cuma gara-gara (( GATHEL )) yang (( LITERALLY GATHEL ))?

Saya pun kalau kondisi pas tidak bisa di atasi, ya ke dokter juga. Tapi kalau pas nggak kambuh, ya saya hanya perlu melanjutkan gaya hidup sehat, menghindari pemicu, dan pakai produk yang tepat saja.


Rekomendasi Body Care Untuk Kulit Eksim
Tadinya, saya hanya pakai produk-produk yang direkomendasikan dan diresepkan oleh dokter kulit saya. Di antaranya adalah Noroid Lotion, almond oil/ coconut oil (merek apa aja), dan Aveeno Baby Soothing Relief Creamy Wash. Tiga produk itu manteb tenan dan mungkin sobat-sobat eksim yang sedang kumat bisa pakai. Saya rekomend abis bagus banget mau meninggal pokoknya.

Cuma ya kalau dipakai terus-menerus, saya merasa kehilangan jati diri saya sebagai princess. Soalnya, saya suka banget sama aroma wangi. Saya sedih, gundah, kecewa, kesal pakai body care nggada bau terus-terusan. Hal itu bikin saya stres dan males mandi serta males pakai lotion yang semuanya adalah pemicu eksim. Cry T.T.

Jadi, akhirnya saya berusaha mencari produk-produk yang wangi, namun nggak bikin alergi saya kambuh. Salah satu cara saya menyiasatinya adalah cari produk yang gentle tapi wangi. Ini bisa saja masih mengandung fragrance, tapi jumlahnya sedikit. Atau wanginya berasal dari ingredient yang dipakai (bukan sintetic fragrance) seperti kopi atau essential oil. Tapi tentu setiap orang nggak sama ya. Bisa jadi, kulitmu juga sensitif sama essential oil. Harus dites sendiri.

Ini dia produk-produk yang wanginya enak, yang saya pakai akhir-akhir ini:

Sabun Mandi


review dr. bronner's pure castile soap

Untuk sabun mandi, saya pakai Dr. Bronner's 18-in-1 Lavender Pure-Castile Soap. Castile soap adalah sabun minyak nabati yang serbaguna, yang tidak menggunakan lemak hewani dan bahan-bahan sintetik. Castile soap ini pada dasarnya adalah sabun yang natural, non-toxic, dan ramah lingkungan.

Nah, Dr. Bronner's ini ibarat (( BIANG SABUN )) begitu lho! Jadi produk ini bisa dipakai untuk apa aja dan pakainya harus di-dilute atau diencerkan dengan air. Dosis pengencerannya tergantung mau dipakai buat apa. Sabun ini selain dipakai buat mandi, juga bisa dipakai untuk keramas, mencuci muka, mencuci baju, mencuci piring, mencuci kocheng, mencuci anjing, dll. Tapi saya sendiri cuma pakai untuk mandi dan cuci tangan. Saya dilute dengan takaran sabun : air = 1 : 3. Lalu saya tempatkan di foam botle atau botol pembuat busa. Jadi kalau di pumping, yang keluar udah langsung busa.

Review Dr. Bronner's 18-in-1 Lavender Pure-Castile Soap:
  • Nggak ada busanya, kecuali mau pakai foam botle kayak saya. Kalau pakai shower puff juga bakalan berbusa tapi nggak sebanyak busa sabun biasa. Saya sih nggak masalah tapi kalian rakyat jelata yang biasa pakai sabun supermarket pasti iyik.
  • Wangi lavender-nya enak, lumayan kuat tapi nggak menyengat dan bener-bener kayak lavender essential oil.
  • Mudah dibilas dan nggak meninggalkan rasa licin!
  • Nggak bikin kulit kering. 
  • Eksim di sela-sela jari saya udah nggak pernah kambuh walau saya sering cuci tangan. Beberapa teman saya yang kulitnya normal nggak perlu pakai body lotion setelah beralih ke sabun ini.
  • Harga Dr. Bronner's 18-in-1 Lavender Pure-Castile Soap Rp.149.000/ 237 ml. Agak mahal, tapi awet banget dah karena pakainya dikit-dikit.

Body Lotion

review sensatia botanicals, eucalie, dan nature republic

Kayak yang udah saya bilang, saya tadinya selalu pakai unscented body lotion. Tapi lama-lama males yha! Jadi sekarang saya berusaha mencari body lotion yang wangi namun eczema friendly. Ini dia yang lagi saya pakai:
  1. Sensatia Botanicals Calming Body Lotion
    Saya selalu suka sama produk-produk Sensatia Botanicals karena memang ingredient-nya aman buat saya. Kalau ada teman yang hamil atau punya bayi, saya juga suka kasih kado produk Sensatia Botanicals, karena memang cenderung aman untuk ibu hamil dan menyusui.
    Review Sensatia Botanicals Calming Body Lotion: Aromanya memang sesuai namanya, calming, menenangkan. Sedikit herbal, di hidung saya terasa seperti perpaduan antara lavender, jasmine, dan sedikiiiiit aroma citrus. Memang nggak semerbak seperti body lotion supermarket, tapi cukup menyenangkan.
    Teksturnya juga enak. Cukup mudah dibaurkan, melembapkan, dan nge-blend dengan baik ke kulit tanpa rasa licin. Harga Sensatia Botanicals Calming Body Lotion Rp.180.000/ 300 ml dan Rp.240.000/ 500 ml.

  2. Eucalie Organic Anti-Aging Hand and Body Cream
    Ini penemuan terbaru saya! Tapi saya langsung jatuh cinta. Review Eucalie Organic Anti-Aging Hand and Body Cream: Teksturnya enak banget. Ala-ala tekstur hand cream mahal, yang creamy tapi nggak lengket berminyak, tapi melembapkan. Selama ini saya selalu berpikir, bakalan enak banget kalau ada body lotion yang teksturnya kayak hand cream. Mau pakai hand cream ke seluruh badan kan sayang ya. EH INI KESAMPAIAN!
    Kalau temen-temen biasa cium essential oil, pasti langsung familier sama aromanya. Aromanya herbal, green, dan menenangkan. Harganya Eucalie Organic Anti-Aging Hand and Body Cream Rp.139.000/ 90 ml, menurut saya terjangkau untuk teksturnya yang enak.

  3. Nature Republic Green Derma Mild Cream
    Saya sebenernya nggak suka body butter dengan kemasannya yang dicolek-colek, karena menurut saya nggak higienis. Saya kan soq bersih anaknya. Tapi cream ini bener-bener ampuh meredakan kegathelan saya kalau pas kumat, jadi ya udah saya shayank.
    Ini memang aromanya lembut banget, tapi seger. Nggak bau apek kayak unscented body lotion. Pokoknya nyenengin kalau pas dipakai. Harga Nature Republic Green Derma Mild Cream Rp.450.000/ 190 ml (free cica serum), agak pricey memang. Tapi yaudah lah ini ampuh dan guede banget nggak abis-abis!

Body Oil


Kalau mandi malam, saya selalu pakai body oil sesudahnya. Pakainya pas kondisi badan masih basah sebelum handukan. Nggak lengket dan cepat meresap kok. Bahkan lebih enak nge-blend-nya daripada pakai body lotion. Kalau lagi males pakai body lotion, saya cuma pakai body oil saja. Kalau lagi lebay saya pakai body oil terus ditumpuk lagi pakai body lotion.

Nah, dulu sih saya bisa pakai sembarang oil. Tapi kalau sekarang, saya harus pilih-pilih. Saya udah nggak bisa pakai Mustika Ratu Sandalwood Oil kesayangan saya, soalnya ingredient utamanya adalah mineral oil. Itu nggak cukup melembapkan kulit saya sekarang. Huhu sad, padahal baunya enak banget.


Saya sekarang lagi pakai Utama Spice Lavender Body Oil. Ingredient-nya soya oil, coconut oil, dan lavender oil. Oil-nya cukup ringan dan nggak greasy berlebihan, trus aromanya tuh lavender banget! Duh cinta! Saya suka pakai ini sore/ malem biar boboknya lebih nyenyak. Harga Utama Spice Lavender Body Oil Rp.95.000/ 100 ml.

Oh iya, ini kemasannya kaca dan bagian atasnya lubangnya kekecilan jadi susah di tuang. Jadi kalau saya sih, saya cabut dan buang aja seal atau pembatas tutup botolnya. Trus kalau lagi pengen aroma lavender yang lebih-lebih lagi, biasanya saya tetesin lavender essential oil lagi, baru saya pakai.

Body Scrub

review evt evete naturals coffee body scrub

Lho, katanya sensitif gesekan? Ehm...saya jaraaaang banget sih pakai scrub. Tapi kadang-kadang ya pengen juga. Cuma saya pastikan kalau:
  1. Pakainya nggak perlu digosok keras-keras. Ala-ala aja.
  2. Jangan terlalu sering. Dua minggu sekali masih oke lah.
  3. Pakai dalam kondisi kulit basah oleh air dan licin oleh minyak
  4. Sebaiknya sih pilih natural scrub, jangan scrub yang pakai microbeads (walau kadang sesekali saya pengen juga pakai cream scrub yang wangi. Nggak papa. Asal jangan sering-sering.)

Saya lagi pakai Evete Naturals Coffee Body Scrub. Scrub ini bentuknya bubuk, terbuat dari biji robusta dan brown sugar. Aromanya kopiiii banget, enak dan nyaman banget luluran sambil hirup aromanya. Nah, untuk pakai, saya biasanya campur dengan Mustika Ratu Minyak Cendana. Jadi saya tetep pakai si minyak cendana kesayangan saya dulu itu. Cuma nggak saya pakai sebagai body oil, sekarang saya pakai buat campuran scrub aja. Harga Evete Naturals Coffee Body Scrub Rp.54.000/ 80 gram.


Sudah cukup sekian ya ocehan saya soal eksim. Sebenarnya ini cuma mau pamer aja body care saya yang mahal-mahal itu. Tapi kalau ternyata postingan ini bermanfaat, ya syukurlah. Riya saya berfaedah.

Apa Sih Poin-Poin Penting Saat Mereview Makeup?

19 comments

Kalian sudah mencoba Face Base BLP dan Face Concealer BLP yang terbaru belum? Kedua produk itu bener-bener produk lokal dengan kualitas yang sangat-sangat bagus. Tapi saya nggak akan me-review produk tersebut kali ini. Saya lagi nggak mood ngomong (( serius )). Hylyh, kipin kimi miid ngiming siriis siihhh? Kali ini saya cuma kepengen menghidupkan label "shitty think". Sebuah rubik dimana saya boleh ngoceh soal opini saya mengenai apa saja dan teman-teman boleh menanggapi di kolom komen.

Cerita akan saya mulai dari ketika saya mendapatkan produk-produk makeup BLP dulu ya. Saya memang harus mengakui, kalau BLP memang selalu mengeluarkan produk yang kualitasnya bikin (( ngowoh )). Saya appreciate deh teksturnya, pilihan warnanya, sampai dengan kualitas packaging-nya yang mewah dan konsisten pakai warna nude.

Kalau boleh jujur, ada masa saya nggak suka BLP karena ketika itu produk-produk yang saya pilih nggak sesuai dengan saya. Ketika itu saya cuma punya BLP Lip Coat Butter Fudge, yang kebetulan keluaran awal dan kualitasnya nggak begitu bagus. Lip Coat yang saya nggak begitu suka ini pernah saya review juga di blog ini. Lalu menyusul saya nitip teh Reiny BLP Face Powder shade Medium Beige, yang warnanya terlalu gelap buat saya.

Baca juga: Review BLP Lipstick - All Varian

Tapi setelah mencoba banyak produknya, dengan pilihan shade yang cocok untuk saya, saya malah jadi jatuh cinta. Bahkan setelah nyoba Face Powder BLP shade Beige, bedak ini malah jadi favorit saya banget yang nggak tergantikan oleh produk lain. Karena ya sebagian besar produknya memang kualitasnya gils beud! Ada sih beberapa yang saya nggak suka, tapi wajar kan, makeup memang begitu? Dalam satu brand yang produknya banyak, kayaknya nggak mungkin ada yang kita nggak suka. Karena brand makeup kan bukan Nicholas Saputra yang adalah kesempurnaan. Tapi ya overall, produk-produk BLP bikin saya kecantol.

Lihat juga: Review Bedak Berbagai Brand

Nah, kembali ke Face Base BLP dan Face Concealer BLP ya. Jadi pas launching, saya termasuk salah satu mbak-mbak instagram yang beruntung bisa nyobain produk mereka. Jadi saya dikirimin satu set, yaitu Face Base, Face Concealer, dan Easy Blend. Semacam rejeki anak famous. Pas nyoba saya langsung jatuh cinta sama Face Base dan Easy Blend-nya, karena memang secara tekstur, formula, finish yang saya dapat, sampai kemasannya, sesuai banget dengan selera saya. Produknya juga tahan lama di kulit kering saya.

Tapi ketika mencoba Face Concealer-nya, saya nggak begitu suka. Sebenarnya Face Concealer BLP ini hasilnya bagus sekali, full coverage, nggak creasing, dan tahan lama. Perfect-lah kalau dilihat dari hasil pemakaiannya. Cuma saya agak nggak merasa nyaman dengan tekstur atau konsistensinya yang super kental. Kalau kalian pernah mencoba Tarte Shape Tape Concealer, nah, ini mirip banget! Ini exactly dupe sih menurut saya, kecuali soal pilihan shade!

Banyak yang protes ketika saya bilang di IG Story @racunwarnawarni kalau saya nggak terlalu suka dengan Face Concealer ini. Protesnya ya bisa banget dipahami, karena saya tahu persis hasil produk ini sangat bagus, dan banyak banget beauty enthusiast yang tergila-gila dengan Tarte Shape Tape Concealer. Jadi ketika ada dupe yang sukses dari brand lokal, banyak yang nggak terima dong ketika saya bilang nggak suka wkwkwkw..


Jadi ketika saya me-review produk makeup, foundation/ concealer khususnya, poin yang penting buat saya adalah:

  1. Tekstur dan formula
    Apakah mudah di-blend atau tidak, pakainya gampang nggak, aromanya enak atau enggak, dan yang paling penting apakah saya "menikmati" saat memakainya.
  2. Finish
    Hasilnya matte atau glowy, coverage-nya full atau sheer, shade-nya cocok atau enggak di kulit saya, hasilnya halus atau malah accentuate pore dan dry patch area, dan lain-lain.
  3. Daya Tahan
    Bagaimana kondisi muka saya setelah beberapa jam pemakaian, creasing atau enggak, bagaimana kondisi area lipatan seperti cuping hidung dan bawah mata, lalu apakah minyak muka saya keluar atau malah muka saya semakin kering.
  4. Kemasan
    Karena saya kan mbak-mbak IG ya, jadi riya adalah segalanya. Produk yang kalau difoto flatlay atau dijadikan background selfie hasilnya cakep itu nilainya nambah.
  5. Lain-lain
    Nah, baru setelah keempat di atas saya bedah, saya akan melihat faktor lain yang menurut saya nggak terlalu penting seperti misalnya harga. Anaq sultan bebas. Lalu ketersediaan atau kemudahan membeli, konsep atau value lain dari brand tersebut, dan faktor-faktor lain. Faktor ingredient kalau untuk makeup, saya masukkan ke lain-lain. Tapi kalau untuk skincare justru nomer satu.
Nah, dalam kasus BLP Face Concealer dan Tarte Shape Tape Concealer, produk tersebut nilainya sempurna di nomer 2-5, namun dari sisi tekstur saya kurang suka. Teksturnya bikin saya nggak menikmati memakai produk ini. Dan bagi saya itu penting, karena makeup bukan melulu soal hasil, tapi juga proses saat memakainya. Untuk bikin produk tersebut jadi favorit saya, saya harus menikmati dulu proses saat saya berdandan.

Hal yang sama terjadi juga kepada beberapa brand beauty sponge. Saya suka sekali pakai beauty sponge, sampai koleksi banyak merek untuk membandingkan performanya. Rata-rata sih hasil akhir makeup-nya ya mirip-mirip aja. Sama-sama bisa dipakai untuk meratakan foundation dengan hasil yang cenderung natural dan rata. Namun nggak semua beauty sponge memberikan saya pengalaman ena-ena saat memakainya. 

Kalau boleh jujur, saya nggak terlalu suka memakai sponge merek Mad For Makeup, Tammia, Armando Caruso, Pixy, dan Expert. Tapi saya suka dengan sponge merek Karis, Beauty Blender, Real Techniques, dan BLP x Jacquelle. Walau kalau secara hasil pemakaian, sponge yang nggak saya suka tersebut hasilnya ya bagus-bagus aja, lebih murah pula!


Menurut kalian gimana? Prioritas saya ngaco nggak sih untuk menyebut suatu makeup bagus? Kalau kalian sendiri, proses atau saat kita mengaplikasikan makeup itu penting nggak sih? Atau nggak begitu penting, yang penting hasilnya bagus dan awet saja? Atau penting murah?

Mari berdiskusi!

Rekomendasi Essential Oil Favorit dari Brand Lokal

39 comments

Saya lagi suka nyobain essential oil dari berbagai brand lokal. Kenapa lokal? Ya, karena harganya masuk akal dan belinya gampang. Essential oil lokal ini biasanya punya website resmi dan official shop di marketplace, dan kalau mau beli juga nggak perlu (( member-member-an )). Secara kualitas juga banyak yang bagus kok.

Nah, kali ini saya mau ngasih review essential oil lokal yang kualitasnya bagus. Untuk membandingkan berbagai macam essential oil ini, caranya yang saya perbandingkan adalah aroma Lavender. Kenapa? Karena Lavender ini yang paliiiing kerasa deh beda aromanya antara merek satu dengan yang lainnya. Kalau aroma lain seperti Lemongrass misalnya, merk mahal ataupun murah menurut hidung saya aromanya sama. Dan lagi saya suka banget sama Lavender Essential Oil. Aromanya menenangkan dan bikin saya tidur lebih nyenyak. Jadi kalau nyobain essential oil merek baru, saya biasanya coba varian Lavender (meskipun nggak selalu).

Lavender sendiri ada bermacam-maca varietasnya ya. Dan masing-masing varietas punya kekuatan aroma yang berbeda. Tapi ya udah lah ya saya males nulis kalian pasti juga males mikir wkwkwk.. Saya juga nggak mau meng-klaim merek yang ini palsu dan yang ini asli, karena itu di luar kapasitas saya. Banyak artikel yang menuliskan cara membedakan essential oil asli dengan yang palsu, tapi menurut saya itu nggak valid. Uji keaslian begini harus dilakukan di lab.

Lalu satu permasalahan lagi, di Indonesia tuh belum ada aturan pasti soal labeling essential oil. Misal untuk melabeli therapeutic grande essential oil, mereka harus mendaftar dan mengujikan ke badan mana dan apa jaminannya kalau mereka beneran therapeutic grade. Jadi yaaa...bingung akutuh. Jadi saya di sini akan bahas soal aromanya dan selera pribadi aja ya.

Baca juga: Bikin Nyaman Suasana #DiRumahAja Dengan Essential Oil

Nah, ini dia rekomendasi Lavender Essential Oil dari brand lokal, saya urutkan dari yang paling saya suka ya:



1. Lucensse Essential Oil

*diedit pada tanggal 13 Desember 2020

Saya edit urutannya karena saya nemu satu essential oil lokal yang kualitasnya Lavender-nya bagus banget. Sampai sudah saya tuliskan review lengkapnya ya, karena saya memang sesuka itu. Aromanya Lavender-nya kuat, dengan komposisi manis floral dan aroma langu yang pas banget! Aromanya nikmat, efek menenangkannya juga dapet! Saya fall in love sih saya Lavender Essential Oil dari brand ini. Kayaknya akan agak susah disaingi ya. 

Selain Lavender, saya juga mencoba Peppermint, Lemin, dan Citronella dari brand ini, dan benar-benar puas dengan pengalaman menggunakan Lucensse Essential Oil. Harganya juga masih relatif terjangkau ya, dengan kualitas sebagus ini. Lavender Essential Oil Lucensse harganya Rp.199.000/ 10 ml, yang berarti per-ml-nya adalah Rp.19.900.

Saya nggak akan menuliskan soal Lucensse banyak-banyak karena saya sudah bikin satu blogpost khusus untuk mereview Lucensse ya.


Review Organic Supply Co Essential Oil Lavender

2. Organic Supply Co. Essential Oil

Beli di sini (klik).

Organic Supply ini pakai jenis Lavandula Angustifolia. Organic Supply meng-klaim bahwa produknya certified organic. Saya paling suka desain kemasan Organic Supply di antara merek essential oil lokal yang lain. Saya suka mereka ngasih label nama di bagian atas botol, jadi memudahkan pencarian kalau pas mau diffuse aroma tertentu, karena saya menyimpan koleksi essential oil saya di dalam satu kotak dalam keadaan berdiri. Lalu kelebihannya lagi, jenis varian essential oil yang mereka punya itu lengkap banget. Sepertinya paling lengkap deh dibandingkan merk lain.

Tapi yang bikin saya suka banget sama Organic Supply ini adalah aroma Lavender-nya kuat banget. Aromanya langu dan sedikit ada manis-manisnya. Kalau dibandingkan dengan Lavender Essential Oil Young Living, Organic Supply ini lebih manis, sementara Young Living sedikiiiittt lebih ke arah langu (entah mana yang lebih baik), walau bedanya benar-benar tipis sekali. Tapi soal kepekatan aromanya sama. Butuh sedikit banget untuk diteteskan ke diffuser, dan aromanya udah kecium. Dan kalau dibandingkan dengan essential oil dari brand lokal lainnya, Lavender Essential Oil Organic Supply ini yang paling mendekati Essential Oil Young Living.

Dari Organic Supply ini, selain Lavender saya juga mencoba aroma Peppermint, Grapefruit, Dream, dan Her, dan cukup puas sama semuanya. Untuk kekurangannya, harga Organic Supply ini relatif lebih mahal dibandingkan brand lokal lain, meski nggak semahal harga Young Living ya. Tapi kualitasnya sesuai sama harganya, jadi saya nggak mau (( sambat )). Lavender Essential Oil Organic Supply harganya Rp.155.000/ 5 ml, yang berarti per-ml-nya adalah Rp.31.000.


Review Nares Essential Oil Lavender

3. Nares Essential Oil

Satu lagi produk yang memberdayakan masyarakat dan petani lokal, yaitu Nares Essential Oil. Mereka nggak seperti Rumah Atsiri yang punya perkebunan sendiri, namun mereka mengambil bahan bakunya dari petani lokal. Kalian bisa follow aja instagram mereka, Nares ini kadang suka story-in saat mereka panen atau produksi essential oil-nya.

Oke, langsung ke Lavender Essential Oil-nya ya. Jadi sebenernya aromanya nggak terlalu pekat, namun masih enak dan tercium kalau ini Lavender. Dan ketika di-diffuse aroma Lavender-nya benar-benar enak dan menenangkan, lebih ke manis dibandingkan langu. Nares ini teksturnya cenderung cair dan tidak oily. Untuk jenis Lavender yang digunakan, saya nggak tahu karena mereka nggak mencantumkan keterangan.

Harga Lavender Essential Oil Nares ini adalah Rp.210.000/ 10 ml, atau Rp.21.000 per-ml. Saya sendiri membeli punya saya ini pas lagi program diskon dan jadi Rp.170.000 saja. Harganya tergolong tinggi di-antara essential oil lokal kebanyakan, tapi setara kok dengan kualitasnya.

Dan Nares adalah satu-satunya essential oil lokal yang saya tahu, yang meng-klaim kalau produknya food grade. Meskipun berdasarkan banyak artikel yang saya baca, dan saya yakini, essential oil tidak untuk ditelan! Young Living sekalipun sebaiknya jangan ditelan! FYI, banyak EO enthusiast di luar negri yang memrotes karena marketing Young Living yang seringkali menganjurkan penggunanya untuk mengonsumsi EO mereka dengan cara ditelan, padahal sebenarnya tidak boleh. Kalian bisa riset sendiri mengenai ini (No hate ya. Beneran lakukan risetmu, jangan cuma fanatik sama suatu merek dan lalu percaya aja sama apapun yang mereka katakan).

Kekurangannya, Nares ini cuma menyediakan 17 essential oil saja. Tapi ya lagi-lagi, dia hanya ambil dari petani lokal, jadi pasti terbatas. Dan tentunya saya berharap mereka akan melakukan penambahan jenis tanaman lagi. Go, Nares!


4. Rumah Atsiri Indonesia Essential Oil

Sebenernya agak nggak adil membandingkan essential oil yang ini dengan yang lain, karena Essential Oil Rumah Atsiri yang saya punya ini jenisnya Lavandin, yaitu persilangan antara Lavandula Angustifolia dengan Lavandula Latifolia. Jenis Lavandin ini katanya punya aroma yang lebih kuat dari Lavender biasa, jadi sering dipakai dalam industri parfum.

Hal yang saya suka dari Rumah Atsiri adalah, mereka ini jelas banget asal tanamannya dari mana dan produksinya bagaimana. Karena selain jualan essential oil, mereka juga punya tempat pengembang-biakan tanaman dan tempat produksi, yang bisa dikunjungi untuk tujuan piknik sekaligus edukasi. Lokasinya ada di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Kalian bisa cek sendiri website-nya, karena saya nggak mau kepanjangan. Saya kepingin ke sana tapi masih terhalang pandemi :(.

Tapi jujur, Lavender Essential Oil Organic Supply masih jauh lebih pekat daripada Lavandin Essential Oil Rumah Atsiri. Lavandin Essential Oil Rumah Atsiri ini aromanya lebih tipis, cenderung langu dan terasa samar tercium aroma seperti kayu putih. Namun tetap saja aroma Lavandin Rumah Atsiri ini menyenangkan ya, cukup tercium kalau di-diffuse. Ada alasan kok saya taruh dia di nomor dua.

Harga Essential Oil Rumah Atsiri ini cukup terjangkau lho. Untuk Lavandin Essential Oil ini dibandrol dengan harga Rp.130.000/ 10ml. Jadi per-ml-nya hanya Rp.13.000 saja. Varian essential oil-nya lumayan banyak, ada 24 jenis. Kalau cari yang aneh-aneh kayak Marjoram atau Clary Sage di Rumah Atsiri jelas nggak ada. Walau nggak selengkap Organic Supply, tapi itungan mereka tanam sendiri di lahan sendiri di Indonesia, ini lumayan lengkap lho!



Nah, itu dia tiga essential oil lokal yang saat ini jadi favorit saya. Karena saya udah nemu yang saya suka, saya biasanya membeli dari tiga merk tersebut. Tapi saya juga sudah cobain beberapa Lavender Essential Oil dari merek lokal yang lain. Saya review aja sekalian ya biar nggak mubazir udah saya cobain:

Review Natuna Essential Oil Lavender

5. Natuna Essential Oil

Beli di sini (klik)

Natuna ini punya varian essential oil yang sangat lengkap, bahkan lebih lengkap daripada Organic Supply, dan harganya sangat murah. Harga Lavender Essential Oil Natuna hanya Rp.58.325/ 10ml, atau Rp.6000 saja per-ml! Lavender yang digunakan adalah Lavandula Angustifolia.

Walau murah, namun aromanya cukup menyenangkan. Tipis, tapi tercium dan nggak bikin pusing. Jadi kadang merek ini jadi jujukan saya kalau sedang ingin tahu aroma varian essential oil tertentu yang belum pernah saya embus. Ya daripada langsung beli yang mahal, dan ternyata saya nggak suka aromanya? Dan Natuna Essential Oil juga meng-klaim produk mereka certified organic dan therapeutic grade.

Murah dan aromanya enak, lalu kenapa tidak favorit? Ini hubungannya sama trust aja sih. Saya nggak bisa menemukan cukup informasi mengenai Natuna Essential Oil, mengenai dari mana bahan bakunya dan dimana produksinya. Website mereka juga sama sekali nggak informatif, cuma langsung merujuk ke penjualan. Lalu mereka punya cukup banyak essential oil blend, namun tidak dijabarkan ingredient atau campuran essential oil di dalam-nya apa-apa saja. Tapi selain persoalan trust ini, Natuna Essential Oil cukup oke kok. Silahkan di coba.

Review Lengkap Natuna Essential Oil bisa dibaca di post berikut ini

Review Nusaroma Essential Oil French Lavender

6. Nusaroma Essential Oil

Yang saya punya adalah varian French Lavender, Lavandula Angustifolia. Harga French Lavender Essential Oil Nusaroma ini adalah Rp.131.500/ 10 ml, atau per-ml-nya Rp.13.000 saja. Cukup terjangkau kan? Aroma French Lavender ini juga lumayan kuat di botol, bahkan lebih kuat bila dibandingkan Lavender Essential Oil Rumah Atsiri dan Nares, walau belum sekuat aroma Lavender Essential Oil Organic Supply dan Young Living. Namun entah kenapa, ketika di-diffuse aromanya seakan tenggelam. Jadi saya ngerasa kurang aja gitu lho.

Tapi Nusaroma ini lumayan informatif penjelasan di website-nya, dan saya coba Essential Oil Cedarwood dan Roman Chamomile-nya lumayan oke. Jadi mungkin saya akan coba-coba lagi aroma lain dari merek ini.


7. Fraganic Essential Oil

Fraganic ini harganya sangat-sangat terjangkau. Harga Lavender Essential Oil Fraganic adalah Rp.56.000/ 10ml, atau Rp.5600 per-ml-nya. Namun variannya sangat-sangat terbatas ya, hanya ada 7 varian aroma essential oil. Untuk faktor trust, saya cukup percaya dengan merek ini karena informasi yang dilampirkan saat mereka mengirimkan produk kepada saya sangat-sangat jelas, dan saya pribadi juga sudah ngobrol-ngobrol dengan mereka. Mungkin kapan-kapan saya kepingin interview owner-nya, dan akan saya rangkum dalam satu post kalau beliau berkenan. Saya yakin akan banyak insight dan pengetahuan baru soal essential oil.

Namun bicara soal Lavender Essential Oil-nya, jujur saja saya kurang suka karena aromanya tidak tercium di hidung saya. Malah cenderung seperti aroma minyak kayu putih dengan sedikit aroma manis tipis-tipis saja. Namun saya menikmati aroma lain selain Lavender yang mereka punya. Tekstur Fraganic Essential Oil ini cenderung berminyak. Diffuser saya pasti licin kalau habis diffuse Fraganic Essential Oil varian apapun.

Tapi overall, saya pakai essential oil mereka untuk DIY Reed Diffuser. Karena cukup murah, jadi saya nggak sayang-sayang pakai untuk reed diffuser. Dan aroma lain selain Lavender enak-enak dan keluar lho!

Baca juga: Perawatan Rambut Rutin Untuk Rambut Kering, Rontok, dan Diwarnai

Darjeeling saya udah habis, jadi foto saya ambil dari instgram @racunwarnawarni #DekArumEmpties

8. Darjeeling Aroma Essential Oil

Brand Darjeeling ini sebenarnya punya website yang bentukannya lumayan oke. Tapi saya agak bingung membaca keterangan-keterangannya, karena tulisannya itu seperti tulisan bahasa inggris yang di-google translate dan di-copas mentah-mentah. Jadi susunan kalimatnya aneh mohon maaf sekali jadi saya tu nggak paham baca tulisan di web mereka tapi mungkin saya yang koplo T.T.

Tapi sepenangkapan saya, mereka adalah merek lokal. Essential oil-nya supeeerrr lengkap dan supeeerrr murah. Essential oil mereka adalah yang termurah yang pernah saya temukan. Bayangkan aja, French Lavender mereka dihargai Rp.42.000/ 10ml saja, atau hanya Rp.4200 per-ml!

Namun sayangnya pengalaman saya mencoba essential oil ini kurang menyenangkan. French Lavender-nya aromanya sangat-sangat kuat dan enak ketika di botol, namun pas di-diffuse malah (( mlepek )) banget dan bikin sesak serta pusing. Aromanya seperti parfum artifisial yang sangat kuat. Suami saya sampai protes ketika saya diffuse ini, padahal saya cuma pakai 2 tetes saja untuk 180 ml air. Tapi saya ada rencana membeli lagi sih. Karena aromanya sangat kuat, jadi sepertinya akan asik sekali dipakai sebagai reed diffuser atau DIY-DIY pewangi ruangan yang lain. Namun bukan untuk keperluan ultrasonic diffuser.

Baca juga: Bedanya Diffuser Mahal Dengan Diffuser Murah



Perbandingan Essential Oil Dari Brand Lokal

Nah, itu dia Lavender Essential Oil lokal yang pernah saya coba, saya urutkan dari yang paling saya suka sampai yang nggak saya suka. Foto Young Living Essential Oil hanya sebagai pembanding ya, karena YL memang yang paling familier saat ini. Jangan tanya yang tidak saya sebut ya, karena itu berarti saya belum coba!

Tapi seperti bisa dibaca, ketika saya nggak suka pun, sebenernya bukan berarti merek tersebut jelek. Darjeeling misalnya, saya nggak suka karena aromanya kuat sekali. Tapi untuk orang yang mencari aroma yang kuat, atau untuk kebutuhan pewangi ruangan DIY candle misalnya, mungkin Darjeeling malah jadi andalan.

Semoga postingan ini membantu, untuk kamu-kamu yang hendak mencoba essential oil lokal ya ;).