Review Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

8 comments
Review Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++
Review Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Lacoco adalah salah satu brand skincare lokal yang produknya selalu saya tunggu dengan excited. Saya udah mencoba beberapa produk Lacoco, yaitu Lacoco Eye Serum, Lacoco Watermelon Glow Mask, Lacoco Aloe Vera Soothing Mist, dan Lacoco Bust Fit, dan memang selalu puas banget pakainya. Ingredient produk-produknya cenderung singkat/ minimalis, tapi padat dengan bahan-bahan yang memang poten.

Nah, baru-baru ini Lacoco mengeluarkan dua produk baru, yaitu Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++, yang merupakan produk exfoliating serum lokal dan produk sunscreen lokal dengan tekstur yang super enak. Produk ini sudah saya coba satu bulan lebih, bahkan sudah saya repurchase lho, keduanya sudah masuk botol kedua.

Saya akan bagikan pengalaman saya memakai kedua produk ini, bagus atau tidak, dan juga before-after setelah pemakaian satu bulan ;).


Formula dan Ingredient Lacoco Dark Spot Essence

Formula dan ingredient lacoco dark spot essence
Review Lacoco Dark Spot Essence

Ketika mendengar namanya yaitu Lacoco Dark Spot Essence, saya pikir main ingredient-nya adalah bahan-bahan pencerah seperti vitamin C, Arbutin, dan lain-lainnya. Tapi ternyata ini adalah sebuah exfoliating serum! Jujur buat saya, si kecil ini jadi lebih menarik. Karena saat ini, saya sedang memakai beberapa actives ingredient baru yang lumayan berpotensi irritant, jadi saya skip produk-produk eksfoliasi, karena acid toner yang saya punya memang lumayan keras. Nah, Lacoco Dark Spot Essence ini menawarkan mild exfoliating, yang tentunya sedang saya butuhkan sekali saat ini.

ingredients lacoco dark spot essence
Ingredient Lacoco Dark Spot Essence

Kandungan chemical exfoliant-nya adalah
  • 5% AHA (Glicolic Acid)
  • 1% BHA (Salicylic Acid
  • 2% PHA (Gluconolactone)
  • 2% Tranexamic Acid
Cenderung mild bila dibandingkan dengan acid toner-acid toner kekinian, yang bahkan berani memasukan AHA dan BHA sampai dengan level 7% dan 3%, namun juga nggak cemen-cemen banget juga. Apalagi ini bentuknya essence/ serum, yang biasanya efek iritasinya nggak sekenceng produk eksfoliasi dalam bentuk toner. Dan menurut saya ini bagus buat saya yang memang sedang mencari produk eksfoliasi yang bisa ditandemin sama ingredient lain yang juga lumayan powerfull, yang sedang saya pakai (seperti Retinol dan Vitamin C). Buat saya, presentase ini cukup efektif dan terasa kerjanya di kulit saya, namun minim resiko iritasi.

(Oh iya, saya nggak melirik acid toner Korea yang super mild seperti Benton Aloe BHA Toner atau Some By Mi 30 Days Miracle Toner, karena nggak ada efek apa-apa di kulit saya. Cuma seperti usep-usep air doang wkwkwk.. Tapi ini di saya ya. Kalau di kulit kalian mungkin berbeda efeknya).

Selain mengandung acid yang saya sebutkan di atas, Lacoco Dark Spot Essence ini juga dilengkapi dengan Niacinamide, Mulbery Extract, dan Licorice Extract, yang kita semua tahu sangat berguna untuk mencerahkan kulit. Lalu formulanya juga dibuat aman tanpa kandungan paraben, alkohol, silicone, dan suflate.

Keseluruhan kandungan dalam essence ini berguna untuk:
  • Memudarkan dan mencegah munculnya flek/ hyperpigmentation
  • Deep cleansing sampai ke pori-pori, mengangkat sel kulit mati
  • Mencerahkan
  • Anti-aging, merangsang pertumbuhan kolagen
  • Memperbaiki tekstur kulit
  • Mengurangi komedo dan jerawat
texture lacoco dark spot essence
Tekstur Lacoco Dark Spot Essence

Tekstur essence ini serumy, terasa seperti lotion yang gelish. Duh, bingung jelasinnya. Pokoknya super enteng dan cepat menyerap ke kulit tanpa meninggalkan rasa dan lapisan apapun. Spredability-nya cukup tinggi, jadi sedikit produk saja sudah bisa diratakan ke seluruh wajah.

Di kulit saya, efek eksfoliasi dari Lacoco Dark Spot Essence ini cukup "nendang". Saya udah sekitar satu bulan skip semua exfoliating product apapun, baik chemical maupun physical. Dan ketika pertama kali saya pakai exfoliant lagi, yaitu Lacoco Dark Spot Essence ini, rasanya agak cekit-cekit atau tingling di beberapa area, terutama area-area yang berjerawat atau ada luka terbuka. Whichis normal sih ya untuk yang baru awal-awal pakai. Setelah beberapa kali pemakaian (di saya setelah tiga hari pemakaian) efek tingling ini akan mereda karena kulit sudah beradaptasi. Hanya terasa cekit-cekit bila terkena area yang ada luka saja.

Oh iya, soal efek tingling ini, saya sepenuhnya menyerahkan kepada masing-masing pemakai ya. Kalau misalkan kamu merasa efek tingling ini nggak bisa ditahan, ya sudah, jangan dipakai lagi. Atau malah kalau di kamu pemakaian essence ini nggak ada efek tingling sama sekali, ya bagus dong! Tingling adalah efek samping yang normal terjadi di pemakaian pertama produk exfoliant, tapi nggak harus selalu terjadi juga. Nggak tingling juga malahane.

Pemakaian Lacoco Dark Spot Essence bikin kulit lebih "bersih" dan sel kulit mati terangkat, sehingga efeknya kulit lebih cerah dan bebas komedo. Serta bahan aktif lain yang saya pakai bareng essence ini juga bekerja dengan lebih optimal.

Baca juga: Review Lacoco Watermelon Glow Mask & Eye Serum


Formula dan Ingredient Lacoco Daily UV Counter SPF 50/ PA++

Formula dan Ingredients Sunscreen Lacoco Daily UV Counter SPF 50/ PA++
Tekstur Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Kalau ada produk lokal yang selalu saya tunggu-tunggu, itu adalah SUNSCREEN. Sunscreen adalah sesuatu yang wajib selalu kita pakai setiap hari dalam jumlah yang banyak, jadi tentu sunscreen adalah produk yang paling sering saya beli. Saya rajin explore sunscreen karena saya mau sunscreen yang saya pakai benar-benar nyaman, biar nggak malas pakai dalam jumlah banyak dan juga reaply.

Awalnya ketika tahu Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++ ini adalah hydbrid sunscreen (gabungan antara chemical dan mineral sunscreen), dengan perlindungan setinggi ini, dan juga dengan formula yang tanpa alkohol; saya mengira kalau sunscreen ini akan sedikit mengorbankan sisi kenyamanannya. Ternyata ENGGAK LHO! Teksturnya supeeerrr nyaman di kulit. Cream-nya ringan dan nggak lengket sama sekali, tapi juga sekaligus ngasih sedikit efek lembap. Produk ini juga ngasih efek kulit yang smooth seperti face primer, namun nggak ada white cast. Secara formula ini bener-bener kerasa senyaman produk highend

ingredients di packaging lacoco daily uv counter spf 50 PA++
Ingredient Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

UV Protection dalam sunscreen ini ada 4, yaitu:
  • Ethylhexyl Methoxycinnamate (Octinoxate) : Chemical Sunscreen, UVB protection
  • Butyl Methoxydibenzoylmethane (Avobenzone) : Chemical sunscreen, UVA protection
  • Octocrylene Chemical sunscreen, UVA & UVB protection
  • Titanium Dioxide : Mineral/ physical sunscreen
Fitur perlindungannya cukup lengkap, terdiri gabungan dari chemical sunscreen dan mineral sunscreen, yang tentunya sangat efektif melindungi kulit dari sinar matahari. Selain itu produk ini juga dilengkapi dengan Niacinamide dan Licorice Extract yang membantu mencerahkan kulit. Sama seperti Lacoco Dark Spot Essence, sunscreen ini dibuat bebas dari paraben, sulfate, silicone, dan alcohol. Keseluruhan formulanya terasa sangat luxurious, super nyaman di kulit, dan nggak meninggalkan white cast. Luv!

Cara Pakai dan Layering Lacoco Dark Spot Essence


Review Cara Penggunaan Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++
cara layering Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Untuk Lacoco Daily UV Counter, nggak perlu saya jelaskan cara pakai dan layering-nya ya. Pasti semua sudah tahu bahwa sunscreen wajib dipakai di step terakhir pemakaian skincare setiap pagi (Untuk memahami ini, terlebih dahulu silahkan membaca artikel saya yang berjudul "Basic Skincare CTMP" dan "Paduan 10 Step Skincare")

Saya pakai Lacoco Dark Spot Essence ini di night skincare routine setiap hari, di slot serum bagian pertama di malam hari, sekitar 2-3 drops sekali pemakaian. Jadi kira-kira seperti ini urutan night skincare saya:
Hydrating Toner - Lacoco Dark Spot Essence - Another Actives Essence/ Serum - Hydrating Serum - Moisturiser

Karena Lacoco Dark Spot Essence ini adalah exfoliator, saya nggak pakai acid toner lagi. Untuk kalian yang merasa perlu eksfoliasi lebih, boleh saja sih pakai acid toner/ face scrub juga. Tapi kalau di kulit saya sendiri, Lacoco Dark Spot Essence ini sudah cukup banget memenuhi dosis eksfoliasi harian di skincare routine saya.

Nggak seperti Retinol dan Arbutin yang cuma boleh dipakai di malam hari, AHA/ BHA boleh kok dipakai di pagi hari juga. Jadi, nggak masalah kalau mau memasukkan Lacoco Dark Spot Serum di skincare routine pagimu. Tapi saya sendiri cuma pakai malam. Saya kalau pagi nggak terbiasa pakai exfoliant, jadi sering kelewatan mau pakai essence ini. Tapi isoke kok. Dari dulu saya terbiasa pakai exfoliator di malam hari saja, nggak pernah pakai di pagi/ siang hari, dan kerjanya juga sudah efektif.

Perlu diingat bahwa AHA/ BHA sifatnya photosensitif. Jadi kalau sudah bertekad menambahkan ingredient ini dalam skincare rutin, kita wajib berkomitmen untuk pakai sunscreen dengan cara dan jumlah yang benar, dan juga wajib reaply sunscreen. Jadi memang cerdas banget sih Lacoco, ngeluarin exfoliating essence barengan sama sunscreen-nya. Karena memang ini combo yang penting banget.


Hasil Setelah Satu Bulan Pemakaian Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Ini dia before-after wajah saya setelah satu bulan pemakaian kedua produk ini.

Before dan After Lacoco Dark Spot Essence dan lacoco daily uv counter spf 50 PA++
Sebelum - Sesudah 1 bulan pemakaian Lacoco Dark Spot Essence

(Tolong abaikan perbedaan skintone di foto tersebut ya) Di saya, efek pemakaian produk ini bukan ke skintone. Skintone saya kayaknya udah mentok sih tingkat cerahnya. Tapi fokuslah kepada area noda gelap yang saya beri lingkaran putih. Setelah pemakaian kedua produk ini, noda tersebut jadi mengecil dan sedikit menipis. Noda yang saya punya itu bukanlah noda dosa ya, tapi noda bekas jerawat dengan jenis PIE (Post Inflammatory Erythema). Noda jenis ini konon hanya bisa dihilangkan dengan tindakan laser. Jadi ketika noda ini sedikit memudar dengan pemakaian produk OTC begini, yhua berarti produknya bagus banget!

Baca juga: Review Lacoco Watermelon Glow Mask & Eye Serum

Efek lainnya, pori-pori terasa lebih bersih, karena memang exfoliator berfungsi untuk deep cleansing. Namun di saya pribadi, efek AHA-nya yang ngasih kesan bright dan menghilangkan noda, lebih terasa dominan dibandingkan efek pore cleansing-nya sih. Reaksi ini mungkin bisa berbeda di kamu ya. Kalau kulit saya sih dari dulu memang cenderung lebih cocok dan bereaksi dengan AHA dibandingkan BHA.

Pemakaian sunscreen-nya juga nggak menyebapkan komedo dan jerawat. Sunscreen-nya benar-benar mampu melindungi kulit saya dari matahari. Rumah saya banyak jendela kaca dari segala sisi, dan juga saya rutin berjemur setiap hari, serta saya sedang pakai beberapa skincare dengan kandungan active yang cukup photosensitif (termasuk Lacoco Dark Spot Essence), tapi kulit saya tetap pada tingkat kecerahan ini dan nggak menggelap sama sekali.


Recomended?

Review Lacoco Dark Spot Essence dan Review lacoco daily uv spf 50 PA++
1 bulan pemakaian Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Untuk sunscreen, saya merekomendasikannya ke SEMUA ORANG, kecuali ibu hamil karena chemical sunscreen memang tidak boleh dipakai oleh ibu hamil. Sunscreen dengan tekstur super nyaman itu selalu jadi investasi yang bagus, dan nggak bakalan salah deh dipakai oleh siapa saja, di segala usia. Sunscreen termasuk dalam basic skincare CTMP yang kita harus selalu punya.

Dan ini adalah sunscreen dengan formula dan fitur perlindungan yang bagus banget. Kekurangan sunscreen ini menurut saya adalah kemasannya yang terlalu kecil untuk ukuran sunscreen. Tapi ini bisa jadi kelebihan juga. Karena ini sunscreen yang beneran sangat bagus secara tekstur, formula, dan ingredient, dengan dikemas kecil-kecil, harganya jadi lebih bisa dijangkau. Jadi istilahnya, buat yang mau nyobain sunscreen kualitas highend dengan harga yang relatif terjangkau, Lacoco Daily UV Counter bisa banget dicoba. Dan ukuran ini juga bikin sunscreen ini mudah dibawa-bawa untuk reaply. Meskipun saya berharap Lacoco next akan memroduksi sunscreen dengan ukuran yang lebih besar.

Kalau Lacoco Dark Spot Essence, saya merekomendasikanya untuk:
  • Yang sudah khatam basic skincare CTMP dan disiplin dalam pemakaian sunscreen.
  • Pemula yang mulai ingin mencicipi chemical exfoliant yang lumayan terasa.
  • Kamu yang kulitnya terlalu sensitif dan nggak kuat pakai acid toner yang banyak beredar di pasaran.
  • Yang butuh mild exfoliator untuk dipakai harian, atau untuk dipakai barengan dengan skincare yang punya actives ingredient lain.
  • Yang butuh tambahan mild exfoliant lain untuk membantu kerja acid toner yang sudah dipakai.
Namun lagi-lagi Lacoco Dark Spot Essence juga sebaiknya dihindari dulu oleh ibu hamil, karena kandungan Salysilic Acid/ BHA-nya.


Harga Lacoco Dark Spot Essence dan Lacoco Daily UV Counter SPF 50 PA++

Lacoco Dark Spot Essence dibandrol dengan harga Rp 190 000/ 10 ml, sedangkan Lacoco Daily UV Counter bisa kamu dapatkan dengan harga Rp 150 000/ 20 ml. Untuk informasi lebih lengkap, kamu bisa kunjungi website Lacoco atau instagram @lacoco.id.

Essential Oil Diffuser vs Lilin Aromaterapi vs Reed Diffuser

4 comments
Perbedaan Essential Oil Diffuser vs Lilin Aromaterapi vs Reed Diffuser

Belakangan ini penggunaan Essential Oil Diffuser memang sedang ngehits karena ramainya penggunaan minyak atsiri alias essential oil yang dipercaya bisa punya banyak manfaat  yang baik untuk kesehatan. Sebenarnya sih, ada banyak cara untuk memberikan wangi-wangian di rumah kita selain dengan menggunakan Essential Oil Diffuser. Salah satunya dengan Lilin Aromaterapi dan Reed Diffuser. 

Lho, apa bedanya? Pada dasarnya, ketiga benda ini sama-sama menggunakan essential oil yang di-diffuse untuk menciptakan ruangan yang wangi, akan tetapi cara kerja essential oil diffuser, lilin aromaterapi dan reed diffuser berbeda-beda, sehingga tipe wangi yang dihasilkan juga jadi berbeda-beda. Yuk kita kenalan dengan ketiga benda ajaib ini!

Essential Oil Diffuser

Bentuk, Fungsi dan Kegunaan Essential Oil Diffuser
Essential Oil Diffuser

Ada banyak jenis diffuser essential oil, tapi disini saya akan membahas yang diffuser elektrik yang menggunakan listrik, karena ini jenis diffuser yang paling banyak digunakan oleh orang-orang saat ini. Ada beberapa jenis essential oil diffuser yang biasa dijual di pasaran yaitu Nebulizing Diffuser dan Ultrasonic Diffuser.

Jika kalian membutuhkan wangi yang kuat, maka Nebulizing Diffuser adalah pilihan yang paling pas. Nebulizing Diffuser adalah diffuser yang menggunakan aliran udara untuk menyebarkan wewangian dari minyak atsiri. Cara kerjanya adalah dengan mengalirkan jet udara melalui tabung yang berisi essential oil sehingga terjadi vakum yang menarik minyak dari dalam tabung dan dikeluarkan ke udara dalam bentuk kabut tipis. 

Karena Nebulizing Diffuser tidak mendilusi minyak, jadi wangi yang dihasilkan lebih kuat dan bisa menjangkau wilayah yang lebih luas seperti misalnya ruang tamu dan ruang keluarga. Partikel minyak yang di-diffuse pun tidak berubah sehingga wangi yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan wangi aslinya. Tapiiiiii… minyak yang digunakan menjadi lebih boros karena langsung dialirkan ke udara. 


Sebaliknya, jika kalian membutuhkan diffuser yang hemat essential oil untuk ruangan yang sempit, maka Ultrasonic Diffuser adalah pilihan yang tepat. Ultrasonic Diffuser sendiri adalah diffuser yang yang menggunakan getaran ultrasonik untuk memecah molekul essential oil. 

Berbeda dengan Nebulizing Diffuser, Ultrasonic Diffuser menggunakan air yang ditetesi Essential Oil, sehingga uap yang dihasilkan mengandung lebih banyak moisture. Karena sifatnya yang lembab, wangi yang dihasilkan tidak sekuat nebulizing diffuser. 

Keuntungannya, Ultrasonic Diffuser lebih mudah dibersihkan dan lebih hemat energi. Tapi ingat, tetap harus dibersihkan ya, karena jika tidak dibersihkan dengan baik, tank air di diffuser bisa dipenuhi lumut dan bahkan berjamur :(

Kelebihan dari Diffuser elektrik seperti ini adalah biasanya ada fitur pengatur waktu dan kadang ada lampu untuk menyetel ambience sehingga bisa digunakan untuk mempercantik ruangan. Kalian bisa baca perbandingan ultrasonic diffuser yang murah dan yang mahal di postingan racun warna-warni sebelumnya ya!

Lilin Aromaterapi

Lilin Aromaterapi
Lilin Aromaterapi

Lilin aromaterapi adalah salah satu pilihan pewangi ruangan yang tersedia untuk aneka jenis budget, mulai dari yang murah meriah sampai yang lebih mahal daripada diffuser elektrik juga ada. Pokoknya harga menyesuaikan.

Bahan dasar lilin aromaterapi juga banyak, ada yang menggunakan paraffin wax, beeswax, dan soywax. Jenis sumbunya juga beraneka ragam, ada yang menggunakan sumbu katun, ada juga yang menggunakan sumbu kayu.

Tingkat wangi yang dihasilkan oleh lilin aromaterapi berbeda-beda tergantung jenis dan kadar essential oil yang digunakan. Kekurangannya, wangi yang dihasilkan saat lilin dibakar belum tentu setajam wangi lilin saat belum dibakar, sehingga cenderung lebih sulit untuk memilih wangi yang benar-benar tepat. 

Untuk opsi yang lebih natural, kalian bisa memilih lilin dengan bahan dasar beeswax atau soywax. Lilin Beeswax biasanya punya cahaya yang lebih hangat dan terang sedangkan Lilin soywax biasanya menghasilkan cahaya yang berwarna agak putih.

Karena beeswax berasal dari material yang lebih padat, lilin dari beeswax cenderung lebih awet ketimbang soy wax. Keduanya juga lebih hemat energi dan ramah lingkungan karena berasal dari bahan-bahan yang renewable. Jadi kalau kalian mempertimbangkan penggunaan listrik di rumah, Lilin Aromaterapi bisa jadi pilihan yang tepat.

Kekurangan lilin aromaterapi adalah karena menggunakan api jadinya kita nggak boleh meninggalkan si lilin dalam keadaan terbakar apalagi sebelum tidur. Selain itu, kita juga nggak boleh meletakkan benda-benda yang mudah terbakar didekat lilin ya! Nanti jadinya nggak wangi aromaterapi, tapi bau hangus :(

Reed Diffusers

Reed Diffuser Indonesia
Reed Diffuser

Reed Diffuser
adalah diffuser yang menggunakan batang Reeds yang dicelupkan kedalam essential oil untuk menghasilkan wangi-wangian yang menyebar ke seluruh ruangan.

Reed Diffuser sendiri tidak menggunakan listrik dan bisa diisi ulang dengan aromaterapi pilihan kita saat sudah habis. Ini salah satu alternatif untuk yang butuh pewangi ruangan dengan essential oil tanpa listrik. Karena nggak menggunakan listrik dan api, Reed Diffuser aman digunakan dimana saja dan bisa ditinggal-tinggal.

Kekurangan Reed Diffuser adalah kalian harus membalik batang reeds-nya secara berkala. Selain itu pilihan wanginya pun tidak bisa langsung diganti seperti ultrasonic diffuser. selain itu, kalau sirkulasi udara di ruangan tidak terlalu baik, wangi dari Reed Diffuser juga tidak akan tercium dengan jelas. 

(Baca juga: Review Sakka Bali Reed Diffuser)

Kesimpulan

Kalau kamu butuh diffuser yang bisa diatur sesuai kebutuhanmu dan pengen ganti wangi sesuka hati belilah nebulizing diffuser atau ultrasonic diffuser, tapi kalau kamu lebih senang wangi yang lembut lengkap dengan cahaya lilin yang romantis, belilah lilin aromaterapi. Sebaliknya, jika kamu bukan pengendali api yang baik belilah reed diffuser. Ya pokoknya sesuaikan saja dengan kebutuhanmu ya.

Kalau kalian bingung essential oil seperti apa yang cocok untuk kalian, bisa baca tulisan mengenai essential oil disini.

Semoga tulisan ini bisa membantu kalian menemukan jati diri pewangi ruangan yang tepat, sekarang permisi, saya mau kembali nginthil Mbak Arum rapat elit global dulu, permisi, permisi...air panas...

Perawatan Rambut Rutin Untuk Rambut Rontok, Kering, dan Diwarnai

13 comments
Hair care rutin
Hair Care Routine
Dari dulu, banyak yang minta saya untuk share perawatan rambut. Saya sendiri agak bingung juga, soalnya rambut saya bukan tipikal rambut yang super sehat. Malah rambut saya tergolong kering, sering rontok, dan tipis lho. Kayaknya yang pada bilang rambut saya bagus, maksudnya yang bagus adalah styling-nya deh. Saya memang udah menemukan cara styling rambut yang pas buat saya, yaitu style kerdus, keriting dusta, yang bikin rambut saya kelihatan tebal dan kayak princess. Terus saya kan memang princess awokwokwok..

Lalu saya dulu juga pernah punya masalah dengan ketombe dan rambut gampang lepek. Nah, kalau ini saya sudah berhasil mengatasi. Sejak saya pakai sampo yang silicon free, saya udah nggak pernah ketombean. Dan kayaknya banyak masalah rambut saya yang teratasi karena beralih ke sampo yang tanpa kandungan silikon dan SLS.

Ya sudah, pokoknya segala rahasia keindahan rambut saya, termasuk produk-produk yang sedang saya pakai, styling-nya, dan dukun pelet-nya akan saya jabarkan di sini. Tapi sebelumnya, izinkan saya untuk memberikan sedikit pengetahuan mengenai kenapa saya menghindari Silikon dan SLS dalam sampo ya. Biar blog ini tu ada sisi edukasinya begitu lho. Ra gur waton pamer prodak-prodak mahal. Jadi semisal kalian pengen tiru-tiru tapi sedang misqueen untuk niru plek-plek'an, kalian bisa mencari produk subtitusinya dengan membaca dulu penjelasan saya.


Alasan Saya Memilih Sampo Yang Bebas Silikon

Jadi, saya dulu ketombean kayak mendes. Enggak kutuan. Ketombean aja. Jenis ketombenya bukan yang putih-putih gogrok seperti salju, tapi jenis yang nempel di kulit kepala dan bisa dipipili, dan rasanya gatel banget! Pokoknya kalau saya absen keramas satu hariii aja, kepala saya langsung gatel banget. Padahal saya udah nyobain sampo anti ketombe dari yang murahan sampai yang mahal, nggak ada yang ngefek. Jadi, saya dulu setiap hari keramas. Padahal ya kita semua tau lah, kalau keramas setiap hari itu nggak bagus buat rambut dan bikin kelembapan alami kulit kepala menghilang.

Kalau ada yang bilang: "solusi biar nggak ketombean ya keramas setiap hari!" Ya nggak gitu, Bambang. Kalau kamu telat keramas sehari ketombemu muncul, ya namanya kamu masih ketombean.

Singkat cerita, setelah membaca banyak sekali artikel mengenai perawatan rambut, dan juga melalui percobaan berkali-kali, saya menemukan kalau kulit kepala saya ini ketombean kalau pakai sampo bersilikon (dimethicone). Kandungan silikon ini lama-kelamaan akan menumpuk di kulit kepala, lalu meyumbat pori dan bikin nutrisi dari produk-produk lain yang kita aplikasikan setelahnya tidak bisa diserap oleh akar rambut. Jadinya ya rambut cepet lepek, minyakan, ketombean, kusam, dan juga rontok.

Sebelum memutuskan memusuhi silikon, saya harus ngasih tau juga, kalau NGGAK semua produk yang bersilikon itu jelek. Kandungan silikon ini penting untuk melindungi helaian batang rambut, terutama buat yang rambutnya sering dicatok dan terkena bahan kimia. Tapiiii...yang butuh silikon hanya (( batangan )) nya saja. Bagian kulit kepala nggak usah. Itulah kenapa kita kalau pakai conditioner hanya di batang rambut saja, jangan kena akar. Sebab yang butuh silikon memang cuma batangnya.

Kadang-kadang, kalau kita awal-awal pakai sampo yang silicon-free, rambut rasanya kesat dan kaku kayak sapu ijuk. Itu wajar sih, ya kan memang silikon ini ngasih feeling lembut ke helaian rambut. Tapi biasanya sensasi kesat ini cuma diminggu-minggu pertama kok. Ya proses adaptasi lah. Selanjutnya sih biasa aja, nggak kesat-kesat lagi. Apalagi zaman now udah banyak opsi sampo yang tanpa silikon, tapi mengandung oil dan anu-anu yang bisa melembutkan rambut.


kenapa SLS dan Silicon tidak baik untuk rambut dan kulit kepala
Hindari Silikon dan SLS

Ingredient Lain Yang Saya Hindari

Selain silikon pada sampo, saya juga menghindari SLS atau sodium lauryl sulphate. Alasannya karena SLS sebenarnya terlalu hars untuk kulit, bisa bikin kulit kering dan bahkan iritasi. Bukan cuma sampo, saya juga menghindari SLS pada sabun muka dan sabun badan saya kok. Selain alasan tersebut, alasan lain adalah karena rambut saya di-colouring, dan SLS bikin warna cat rambut cepat memudar. Jadi buat kalian yang rambutnya juga buceri alias bule cet sendiri, sebaiknya sih menghindari ingredient yang satu ini biar kebuleanmu awet.

SLS ini berbeda dengan SLES ya. SLES atau sodium laureth sulphate adalah versi yang lebih mild daripada SLS. Saya sendiri sih sebisa mungkin menghindari SLES juga, cuma lebih baek-baek gitu, nggak sefrontal kalau saya sama SLS. Jadi masih nggak papa lah sesekali pakai sampo ber-SLES. Sampo ber-SLES terakhir yang saya coba adalah Love Beauty and Planet Coconut Water & Mimosa Flower Shampoo. Sekarang sih udah balik lagi ke sampo yang tanpa deterjen.

Lalu saya juga menghindari alcohol pada kulit kepala, soale itu bikin kulit kepala saya ketombean. Kesannya pas dipakai memang nyes adem, tapi udahannya gatel dan ketombe muncul terus. Itulah kenapa saya males pakai hair tonic. Selain males cari-cari ingredient yang alcohol-free, juga karena yaa...males nambah ritual wkwkwkwk.

Sejak saya beralih ke sampo yang bebas silikon dan SLS, serta tidak memakai produk perawatan rambut yang mengandung alkohol, saya udah nggak ketombean. Saya cukup keramas 2-3 hari sekali dan nggak gatel-gatel lagi. Rambut saya juga lebih sehat, walau masih kering dan sedikit rontok, karena memang rambut saya di-colouring dan dicatok terus. Tapi relatif sehat lah untuk ukuran rambut yang dimacem-macemin, walau tidak sesehat rambut yang masih (( perawan )).


Produk-produk Perawatan Rambut Yang Saya Pakai

Saya nggak punya produk perawatan rambut yang setia saya pakai terus. Saya sih masih gonta-ganti aja, yang penting tidak melanggar pakem-pakem di atas, yaitu: samponya nggak pakai silikon dan SLS, dan juga nggak mengandung alkohol. Lalu saya juga nggak pakai conditioner karena...males. Capek ya kayaknya berdiri lama-lama di bawah shower kayak orang galau.

Ini yang saya pakai:

produk-produk perawatan rambut rutin
Produk-produk Perawatan Rambut Yang Saya Pakai

1. Sampo

Sampo yang saat ini sedang saya pakai adalah Moist Diane Extra Smooth & Straight Shampoo. Ini pertama kalinya saya coba Moist Diane. Sejak The Body Shop Rainforest Shampoo discontinue, saya udah nggak punya pegangan hidup lagi dan selalu gonta-ganti aja kalau habis. Moist Diane ini memenuhi semua kriteria saya yaitu silicon-free, nggak bikin kaku, dan mudah didapat di drugstore atau supermarket besar. Walau sebenarnya dia masih memakai Olefin Sulfonate sebagai surfaktan (dan tanpa ada secondary surfactant yang berarti nggak bisa dibilang gentle ya). Harga Moist Diane ini cukup mahal sih, 100 ribu lebih, tapi ya isinya kan banyak ya, kakak.

Saya sebenernya B aja sama sampo ini. Ya okelah, tapi tidak yang wow sampai mau mati. Tapi kayaknya saya bakalan repurchase soalnya suami saya suka banget. Katanya bikin rambutnya lemes dan nggak jingkrik-jingkrik.


2. Vitamin Rambut

Saya lagi pakai Vitamin Rambut Ellips. Untuk vitamin rambut, biasanya yang saya pakai adalah antara Ellips Hair Vitamin, Natur Hair Serum, dan L'Oreal Paris Extra Ordinary Oil. Cuma kalau untuk traveling, saya selalu bawa Ellips karena praktis ya, perkapsul gitu jadi bawanya enak nggak makan tempat.

Hair vitamin ini biasanya saya pakai habis keramas pas rambut masih setengah basah. Langsung aplikasikan aja di batang rambut, nggak usah kena ke akar. Biasanya saya kalau keramas sore/ malem. Habis setengah kering dan saya kasih hair vitamin, udah saya biarin aja mengering sempurna tanpa hair dryer, dan baru paginya saya catok. Kecuali kalau memang ada acara setelah mandi malam, yang mana jarang banget sih biasanya.

Baca juga: Tips Pakai Ellips, Agar Rambut Nggak Gampang Rusak Walau Sering Dicatok


3. Heat Protection

Karena saya biasanya keramas di malam hari dan lalu catok di pagi hari, jadi saya butuh heat protection untuk melindungi rambut pas sebelum mencatok. Kalau saya pas kebetulan catoknya malem, saya nggak pakai heat protection lagi, karena kan saya habis pakai hair vitamin. Paham ya, maksud saya? Nah, heat protection yang saya pakai adalah TRESemme Keratin Smooth Heat Protection Spray. Belum pernah coba yang lain sih. Mungkin kalau ini habis, saya akan coba merek lainnya.


4. Masker Rambut

Saya sebenernya nggak rutin hair mask. Saya maskerin rambut cuma kalau habis berenang atau habis main ke pantai, karena pas itu rambut biasanya terasa kaku. Itulah kenapa saya pakai masker dengan kemasan sachet, karena memang biasanya saya bawa berenang atau traveling. Tapi karena lagi physikel distensying begini ya jadi nggak pernah berenang dan mantai deh. Trus karena gabut #DiRumahAja, saya mulai pakai masker rambut seminggu sekali wkwk... Masker yang saya pakai juga gonta-ganti antara tiga merek ini: Natur, L'Oreal, atau Ellips.


5. Dry Shampoo

Saya jarang banget pakai dry shampoo. Kalaupun pakai dry shampoo, biasanya malemnya saya langsung keramas, karena khawatir gatel-gatel. Dry shampoo biasanya saya pakai kalau rambut udah lepek dan belum sempat keramas, tapi mendadak harus ada acara atau harus photoshoot. Saya baru mencoba tiga dry shampo, yaitu Colab, Batiste, dan Ellips Dry Shampoo. Yang paling saya suka adalah Colab Dry Shampoo, karena paling nggak beresidu dan paling enak aja efeknya di kulit kepala.


6. Rosemary Essential Oil

Baru-baru ini, karena lagi keranjingan essential oil, saya nambahin Fagranic Rosemary Essential Oil ke perawatan rambut saya. Konon, Rosemary Oil ini efeknya sama kayak Minoxidil atau obat yang bisa merangsang pertumbuhan rambut dan jenggot. Selain merangsang pertumbuhan rambut, Rosemary juga dipercaya bisa menguatkan rambut dan mencegah kerontokan.

Cara pemakaian yang disarankan adalah dengan cara di-dilute dengan carier oil, lalu dipakai untuk masker rambut. Tapi saya sih pakai cara gampang aja. Saya tetesin ke sampo, hair mask, atau hair vitamin yang mau saya pakai. Udah gitu aja. Efeknya? Belum tau. Ini masih baru banget kok saya pakai. Tapi yang jelas saya suka aromanya.

Baca juga: Bikin Nyaman Suasana #DiRumahAja Dengan Essential Oil


Rambut kering, rontok, diwarnai

Perawatan-perawatan Lain

Ini adalah hal-hal penting yang juga ngefek banget untuk rambut, tapi sering dilalaikan sama orang. Pertama, kalau mewarnai rambut, usahakan ke hair stylish. Jangan mewarnai rambut sendiri. Jadi mewarnai rambut pun sebenarnya ada tehniknya, gimana supaya warnanya bisa keluar dengan bagus dan nggak ngerusak rambut. Langganan saya di Jogja adalah R.MA Salon di Jakal. Dia selalu milihin warna yang bagus jatuhnya di rambut saya, dan tehniknya entah bagaimana bikin rambut saya nggak rusak kayak kalau colouring di kebanyakan salon lain. Oh iya, harganya juga lumayan terjangkau lho R.MA ini. Tapi kekurangannya, dia ini salon rumahan. Nggak buka setiap waktu. Kalau mau treatment, kita harus janjian dulu paling enggak sehari sebelumnya. Ini instagramnya ya kalau tertarik: @ermahairmakeup_08192550008. Jangan tanya-tanya ke saya soal harga atau kalau mau booking, ya DM aja sendiri langsung.

Terus juga, mbak Erma ini bisa bikin warna rambut yang saya mau dengan tehnik highlighting, tapi tanpa bleaching. Saya paling anti sama bleaching soalnya bikin rambut krispi banget. Dan saya sebenernya tahu mbak Erma dari Momon sih wkwkw...

Terus yang kedua, kalau kamu tipe yang sering catok rambut, wajib banget investasi ke alat catok yang memang bagus. Pilih yang pelatnya keramik, titanium, atau tourmaline. Jangan pakai catokan pelat besi, karena akan merusak rambut. Beda banget lho kondisi rambut yang sering dicatok pakai catokan mahal dan murah. Saya ngerasain banget kok.

Saya pakai Glampalm Hair Iron. Sebelum pakai Glampalm, saya pakai catokan 500 ribuan gitu, dan ya memang beda di rambut kerasa lebih kering. Terus pakai Glampalm juga bikin waktu nyatok saya lebih cepet, karena sekali tarik langsung jadi. Kalau pas pakai yang murah, sering nyangkut gitu lho, dan lebih nggak awet hasil catokannya. Terusss, Glampalm ini juga awet banget alatnya. Udah 3 tahunan saya punya dan masih berfungsi dengan baik. Tapi bukan berarti pakai catokan mahal lalu nggak kering sama sekali ya. Tetep kering kok rambutnya, apalagi kalau sering dicatok. Tapi setidaknya, jauh lebih baik kondisinya daripada kalau pakai catokan plat besi.

Nggak mesti pakai Glampalm sih. Merek lain juga banyak yang oke, silahkan riset sendiri saja. Ini saya cuma ngasih tau aja kalau untuk alat catok, memang ada bedanya antara yang mahal dan murah. Dan kalau kamu sering nyatok rambut, investasi ke catokan yang bagus itu penting banget lho.


Dah ah, saya mau hohohihe dulu.

Review BLP Lipstick - All Varian

10 comments
review lipstik BLP all varian
Review lipstik BLP Semua Varian
Sebuah kebetulan yang sombong, saya punya semua varian dari BLP Lip Product. Nggak semua warna saya punya sih, tapi saya punya warna-warna favorit dari masing-masing variannya. Keren, bukan? Dan sebenernya sudah agak lama juga beberapa follower minta saya untuk review BLP Lip Coat. Tapi daripada cuma review BLP Lip Coat, kenapa nggak sekalian saya review dan swatch BLP Lip Glaze, BLP Lip Bullet, dan BLP Lip Stain? Toh saya ini (( orang berpunya )).

Lagi pula ini kayaknya saat yang tepat soalnya BLP lagi banyak sale. Dan Sale-nya BLP ini udah hampir kaya pisang deh. Sale 100% pisang. Kalau BLP 90%!! (cek aja ke instagram saya @racunwarnawarni, hari rabu saya kasih link swipe up di IG story).

Produk-produk ini saya ngumpulinnya udah lama ya. Ada yang saya beli pas Female Daily x Beauty, ada yang dikasih temen, dan ada juga yang dikirimin brand langsung. Memang nggak semua shade lengkap saya punya, tapi saya harapkan sih review saya ini bisa mewakili dan membantu temen-temen yang BPJS. Budget Pas-Pasan Jiwa Sosyelita. Pengen semua tapi duitnya ngepas. Kalau di-review barengan gini kan semoga bisa bikin pikiran kalian jernih sehingga lebih bisa memilih mana yang kira-kira paling ho'oh untuk kalian. Nggak kalap semua diborong.


BLP Lip Coat

review BLP Lip Coat

Produk pertama yang saya mau bahas tentu saja Lip Coat-nya. Saya ngikutin banget Lizzie Parra zaman-zaman dia masih semacam riset untuk pembuatan lip cream ini, dan jadi sering bikin review dan swatch segalaaa merek lip cream di youtube chanel-nya. Batin saya pas itu, "wuih, mbak Icil sugih tenan. Semua merek lip cream dibeli all shades". Sampai kemudian mak bedunduk lahirlah Lip Coat By Lizzie Parra ini sebagai produk pertamanya. Dan matte lip cream dengan wangi Vanilla ini lumayan bikin heboh jagad per-makeup-an ketika itu.

Packaging lip coat ini materialnya kalau dipegang berasa mahal. Dan saya juga suka desainnya yang simpel. Puas banget ya kalau punya produk dengan packaging sebagus ini. Rasanya kayak megang produk high-end.

Swatch BLP Lip Coat Butter Fudge Review
Swatch BLP Lip Coat Butter Fudge
BLP Lip Coat pertama yang saya punya adalah BLP Lip Coat Butter Fudge. Warnanya sumpah cantik banget. Warnanya nude pale beige dengan warm tone, agak kekuningan. Banyak yang bilang ini terlalu pucet buat dipakai sendiri, tapi bagus banget buat base ombre. Tapi kalau buat saya yang memang suka warna-warna bibir ala jenazah, ini sih perfect nude. Tapi sayangnya saya nggak suka sama teksturnya. Butter Fudge ini terasa powdery di bibir, dan ketika sudah nge-set ke matte, dia mencetak garis-garis halus di bibir saya.

Pengalaman saya dengan Butter Fudge lumayan bikin saya mutung sama lipstik dari brand ini. Tapi kemudian suatu hari, saya nyobain BLP Lip Coat yang Maple Waffle dan Pumpkin Sorbet. Maple Waffle warnanya nude beige dengan tone mauve dan nggak sepucet Butter Fudge. Mungkin ini nude yang akan lebih bisa diterima oleh banyak orang ya. Kalau Pumpkin Sorbet warnanya muted oranye yang cakep dan cocok untuk fall season makeup look gitu. Oranye tapi nggak gonjreng. Saya suka pakai warna ini dengan tehnik snogged lip, jadi area tepi bibir dipuk-puk pakai jari sebelum mengering biar agak berantakan dan kesannya seksi.

Swatch BLP Lip Coat Maple Waffle Review
Swatch BLP Lip Coat Maple Waffle
Swatch BLP Lip Coat Pumpkin Sorbet Review
Swatch BLP Lip Coat Pumpkin Sorbet
Dan guis, teksturnya ENAK BET! Super creamy, lembut, gampang diratain, nge-cover bibir dengan sempurna, dan ketika sudah matte di bibir dua shade ini nggak memperjelas kerutan di bibir saya.

Kok bisa beda gitu ya? Pasti ini konspirasi elit global!

Pas saya bagikan perbedaan formula ini di instagram story, beberapa follower saya bilang bahwa Butter Fudge yang saya punya merupakan seri lama, saat ini formula BLP Lip Coat udah jauh lebih bagus. Dan emang sih saya beli si Butter Fudge ini udah lama.

Tapi ya pendapat netizen tersebut masih sebatas teori konspirasi. Karena saya belum pernah membuktikan dengan membeli Butter Fudge lagi. Kalau ditanya warna favorit, sebenarnya favorit saya adalah Butter Fudge. Tapi karena Butter Fudge punya saya teksturnya nggak sebagus shade lain yang saya punya, jadi pilihan saya jatuh kepada Pumpkin Sorbet.

Harga BLP Lip Coat : Rp 139 000/ 4 gr.


BLP Lip Stain

review BLP Lip Stain

Saya sebenarnya bukan penggemar lip tint. Tapi pas BLP ngeluarin BLP Lip Stain, hati saya lumayan cenat-cenut juga wkwk. Akhirnya saya putuskan untuk membeli satu. Dan untuk ukuran lip tint, saya suka lho dengan BLP Lip Stain ini. Kemasannya terkesan mahal dengan desain yang simple. Kuasnya enak dan tangkai kuasnya juga pendek, jadi memudahkan untuk mengontrol produk yang diaplikasikan. Untuk formula, ini adalah lip tint ter-pigmented yang pernah saya coba.

Kekurangannya menurut saya dia cepat sekali nge-set-nya. Jadi ya harus cepet banget di-blend, kalau enggak dia bakalan patchy. Apalagi untuk lip tint, saya sukanya pakai di tengah bibir trus makin ke luar makin nge-blur warnanya, jadi ya agak tricky dengan formulanya yang cepet nge-set ini. Tapi melihat hasil warnanya di bibir saya dan juga keawetannya, saya enggan protes mulu. Emang cakep sih dia.

formula BLP Lip Stain
Swatch BLP Lip Stain Wild Berries Review
Swatch BLP Lip Stain Wild Berries
Warna yang saya pilih adalah BLP Lip Stain Wild Berries. Ini warna tergelap dalam koleksi BLP Lip Stain. Warnanya pink gelap dengan bias keunguan. Oh iya, lip stain ini punya wangi fruity yang soft dan enak. Overall produk ini okelah, tapi saya memang bukan penggemar lip tint jadi saya kayaknya nggak akan beli warna lain lagi.

Harga BLP Lip Stain : Rp 99 000/ 2,7 gr


BLP Lip Glaze

Review BLP Lip Glaze

Dari semua lip collection-nya, BLP Lip Glaze ini yang paling sayup gaungnya. Tapi ya saya maklum sih, soalnya (( orang sini )) kan memang nggak begitu suka lip gloss. Orang sini sukanya pertikaian. Tapi kalau saya sih tertarik, soalnya saya nggak suka pertikaian. Saya merasa lip gloss itu bikin keseluruhan look jadi kelihatan lebih segar dan hidup. Pakainya ya tinggal dijadiin topper buat matte lipstick aja.

BLP Lip Glaze ini teksturnya pas, nggak terlalu cair kayak lip oil, tapi juga nggak kentel dan berat. Saya sebenarnya lebih suka tipikal lip gloss yang cuer dan ringan kayak lip oil. Tapi cukup sulit mencari lip gloss yang enteng begitu dan cukup awet. Jadi ya udah lah ya, BLP Lip Glaze ini adalah sebuah penengah. Terus dia juga nggak mengeringkan bibir dan nggak ada aromanya.

Swatch BLP Lip Glaze Sparkling Rose Review
Swatch BLP Lip Glaze Sparkling Rose || Before - After
Shade yang saya punya adalah BLP Lip Glaze Sparkling Rose. Warnanya pink transparan dan ada golden shimmer-nya kecil-kecil biyanget. Kalau difoto sih golden shimmer-nya nggak kelihatan, tapi kalau dilihat langsung lumayan ngasih aksen 3D. Luv. Cuma, saya hanya punya shade ini yang kebetulan warnanya transparan. Agak penasaran, yang nggak transparan pigmentasinya bagus nggak ya?

Kemasan BLP Lip Glaze ini mirip kayak BLP Lip Coat, cuma bedanya permukaan botolnya lebih glossy.

Harga BLP Lip Glaze : Rp 139 000/ 4 gr


BLP Lip Bullet

Review BLP Lip Bullet

Produk terakhir adalah BLP Lip Bullet dan ini pas keluar hebohnya ngalah-ngalahin kehebohan mukbang cilok Kekeyi. Sumpah deh, semua orang ngomongin. Dan kemasannya itu, GEMES BANGET MINTA DIKOLEKSI! Dan bentuk lipstik klasik seperti ini bener-bener menjawab kerinduan saya, dan sepertinya kerinduan banyak orang juga.

Ini bentuknya menyimpan kenangan banget. Saya jadi inget waktu kecil saya pernah dimarahin gara-gara saya pakai lipstik mami saya yang bentuknya klasik begini, untuk nulisin kaca meja rias. Jadi tuh ini gara-gara saya habis lihat sinetron Tersayang, pas adegan Mayang marah sama Dion dan kemudian dia nyoret kaca meja rias pakek lipstik begini. Pengen cerita lebih panjang soal Tersayang, tapi saya khawatir ini blog mau dibawa kemana hey?!!

Oke, intinya bentukan lipstik ini udah langsung membeli jiwa saya. Memang sih, brand lokal lain juga banyak yang ngeluarin lipstik klasik, tapi nggak ada yang secantik ini.

Formula BLP Lip Bullet
Licorice bentukannya kayak begitu  karena pas masih baru dan saya buka memang udah pothol. Tapi bisa diakalin kok, dipanasin, lalu disambung lagi dan dimasukin kulkas sebentar.

Secara formula, lipstik ini lembut. Nggak nyangkut di bibir dan nggak bikin bibir terasa kering. Creamy pas dioles, dan finish-nya juga nggak accentuates garis-garis bibir. Bahkan ada seorang youtuber yang bilang kalau ini teksturnya kayak lipstik Pat McGrath. Tapi jujur saja, karena ini rilis bersamaan dengan beberapa produk lokal sejenis, sebenarnya secara formula dia bukan yang terbaik. Tapi nggak jelek lho! Cuma mungkin saya boleh berharap kalau ini formulanya dibikin sedikiitt lebih glides smothly lagi ketika dioles ke bibir. 

Tapi ya tetep sih, dari semua brand lokal yang saat ini ngeluarin lipstik klasik, kalau disuruh milih saya masih tetep milih BLP Lip Bullet. Walau formulanya kacek sithiiikkk, tapi packaging-nya itu lho nggemezi tenin dan kacek jauh dibanding yang lain.

Swatch BLP Lip Bullet Biscotti Review
Swatch BLP Lip Bullet Biscotti
Swatch BLP Lip Bullet Licorice Review
Swacth BLP Lip Bullet Licorice
BLP Lip Bullet ini punya empat shade yang bisa dipilih. Sebenernya saya ngincer Pavlova, tapi embuh ya kok waktu itu saya malah beli Biscotti sih? Tapi BLP Lip Bullet Biscotti ini warnanya cantik banget kok. Warnanya nude oranye, tapi nggak secoklat dan nggak se-blod Pumpkin Sorbet, tapi nggak pucet juga. Ini warna aman dan nggak terlalu unik, tapi cantik dan cocok dipakai di segala occasion. Biscotti ini juga buat saya holiday vibe banget, karena sebelum korontol meraja-lela, saya beberapa kali traveling pasti bawa Biscotti.

Kalau BLP Lip Bullet Licorice ini warna coklat gelap kemerahan dan cooltone. Buanyak banget yang suka warna ini, bahkan teman saya ada yang tergila-gila sama Licorice. Tapi sebagai anak nude, saya lebih suka Biscotti dan lagi ngincer Pavlova.

Harga BLP Lip Bullet : Rp 129 000/ 3,5 gr


Lipstik BLP, Bagus atau Tidak?

Sebagai seorang beauty blogger, saya sangat suka penamaan produk-produk BLP yang simpel dan pendek-pendek tapi ngena. Ya misalnya kayak BLP Lip Coat. Udah cukup. Nggak perlu "BLP Moisturizing Tapi Matte Super Kewl and Extra Creamy Lip Coat" atau gimana gitu. Capek tau nulisnya. Orang-orang juga nggak bakalan nyebut nama panjangnya kok. Paling ya tetep cuma, "gaes, klean udah coba lipstik krimi-nya BLP?" Nah, muspro kan mau kasih nama panjang-panjang? Wkwkwk..

Terus kalau disuruh milih satu aja produknya, saat ini saya akan pilih BLP Lip Bullet. Karena memang dia cakep banget penampakannya dan saya memang lagi kangen-kangennya sama lipstik klasik. Kedua Lip Glaze, karena saya tidak suka pertikaian. Tapi itu saya. Kalau kalian suka pertikaian sih terserah.

Dah ya, saya mau rapat sama elit global dulu.